Siapakah Orang Tua Yang Durhaka?

By Nasehat Islam Last Updated On 25 November 2024 0 Comments 310
Jangan menjadi orangtua durhaka
Jangan menjadi orangtua durhaka

Rasa cinta orang tua kepada anak adalah sesuatu yang ‘pasti terjadi’. Karena Alloh sendiri yang menciptakannya. Bahkan, istilah ‘buah hati’ yang menunjukkan cinta orang tua kepada anak adalah bahasa Alloh.

Perhatikan firman Alloh dan hadits nabi ﷺ sebagai berikut:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS ali-Imran 14)

إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ “

Jika anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Kalian telah mencabut anak hamba-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ (Allah Ta’ala) berfirman, ‘Kalian telah mencabut buah hatinya.’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ (Allah Ta’ala) bertanya, ‘Apa yang dikatakan hamba-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’.’ Allah berkata, ‘Bangunlah untuk hamba-Ku satu rumah di surga, dan berilah nama dengan Baitulhamd’.” (HR. Tirmidzi)

Dari sini kita memahami, bahwa kecintaan orang tua kepada anak itu adalah sesuatu yang dicetak/diciptakan. Namun, dalam merealisasikan rasa cinta itu, haruslah dilandasi pedoman agama. Janganlah menjadi orang tua yang durhaka. Yakni rasa cinta yang menjadikan anak hidupnya sengsara di dunia bahkan akhirat.

Siapakah Orang Tua yang Durhaka kepada Anaknya?

Untuk memahami karakteristik orang tua yang durhaka, mari kita perhatikan kisah berikut ini:

****

Ada seorang ayah mengadukan kenakalan dan kedurhakaan anaknya pada khalifah Umar bin Katab. Ia bercerita, anaknya selalu berbicara kasar, membentak, dan melakukan perbuatan durhaka lainnya.

Agar adil dan mendengar cerita dari kedua belah pihak, Umar lalu memanggil anak tersebut untuk turut menghadapnya. Ia pun berkata pada sang anak,

“Anak muda, apakah kamu tidak tahu kalau Allah memerintahkan anak berbakti kepada orang tuanya?”.

Sang anak justru berkata pada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, jangan buru-buru menilaiku buruk. Aku akan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Bukankah orang tua juga memiliki kewajiban terhadap anaknya?”

Beliau menjawab, “Ya, tentu saja.”

Anak itu pun bertanya lagi, “Lantas, apa itu kewajiban orang tua pada anaknya?”

Umar pun menjawab, “Memilihkan ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur’an.”

Mendengar jawaban itu si anak pun berkata. “Wahai Amirul Mukminin, sungguh tak ada satupun dari tiga itu yang dilakukan oleh ayah. Ibuku adalah wanita haram keturunan Majusi. Ia menamaiku dengan Ji’lan yang bermakna kumbang.”

“Dan ia tidak pernah mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” lanjut anak itu.

Setelah itu, Umar lantas marah pada ayah dari sang anak. Umar menganggap kisah antara ayah dan anak ini sebagai bentuk durhaka yang lebih dahulu dilakukan oleh sang ayah dibandingkan oleh anaknya.

Umar berkata, “Kamu mengadu perihal anakmu yang durhaka, ternyata kamu sendiri telah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepadamu. Dan kamu telah memperlakukan buruk kepada anakmu sebelum anakmu memperlakukanmu dengan buruk.”

****

Lihat juga  Dekati Ikhlas, Jauhi Riya
Orangtua yang Durhaka

Dari kisah di atas, kita bisa memahami bahwa orang tua durhaka itu adalah mereka yang: 1) tidak mengajarkan anaknya al-Quran walaupun satu huruf, 2) tidak memilih ibu terbaik untuknya dan 3) tidak memberikan nama yang baik.

Jadi, panduan untuk memberikan rasa cinta kepada anak itu hakikatnya adalah tidak menjadi orang tua yang durhaka. Realisasinya dengan melakukan hal-hal berikut ini:

1. Memberikan prioritas pengajaran akhirat kepada anak

Saat ini, sungguh kecemburuan kita telah bergeser. Orang tua lebih cemburu kepada urusan duniawi anaknya daripada akhirat. Lebih mementingkan pendidikan duniawi namun mengabaikan pengajaran al-Quran dan agama. Padahal rosul ﷺ mengatakan bahwa Alloh sangat benci kepada orang yang pandai dunia namun bodoh dalam perkara akhirat.

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة

Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia, namun bodoh dalam perkara akherat.” (HR. Al-Hakim)

Juga, saat kita merujuk nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya, hal pertama yang ia pesankan adalah agar tidak mempersekutukan Alloh (berbuat syirik).

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ

ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS Lukman 13)

2. Memilih calon ibu yang baik. Sehingga dengannya ia bisa memberikan pengajaran yang baik buat anaknya.
3. Memberi nama bayi dengan nama-nama yang dicintai Allah.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَزَ وَجَلَّ: عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ رواه مسلم

Sesungguhnya nama kalian yang paling disukai Allah Azza Wa Jalla ialah Abdullah dan Abdur-Rahman.” (HR Muslim).

Jika orang tua telah memberikan tiga hak anak yang diuraikan di atas, niscaya anak akan membalas kebaikan itu. Sebaliknya, jika orang tua durhaka, maka anak pun akan membalas kedurhakaan itu saat ia besar. Jangan pernah bermimpi memperoleh anak yang berbakti, saat kita abai atas hak-haknya, terlebih hak akhiratnya.

Lihat juga  Wasiat Nabi: Taqwa, Taubat dan Akhlaq Baik

Seorang anak adalah gambaran dari orang tua. Yang diusahakan buat anak, itulah yang akan didapatkan. Alloh berfirman bahwa manusia tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali dari apa yang dia usahakan.

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (QS an-Najm 39).

Adakah cara lain untuk mendapatkan anak berbakti kepada orang tua?

Setiap orang tua, tentu menginginkan anak yang berbakti. Karena ia akan menjadi aset yang bisa memberikan pahala mengalir setelah orang tua meninggal. Untuk mendapatkannya, selain dengan mengupayakan tiga hak anak seperti atas, ternyata rosul ﷺ memberikan cara lain yakni berbaktilah kepada orang tua.

Rasulullah ﷺ bersabda:

 بِرُّوا آبائكم تبرُّكم أبنائكم 

Berbuat baiklah kamu terhadap ibu dan bapakmu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik terhadapmu.” (HR Thabrani).

Para ulama menafsirkan hadits di atas, bahwa bakti anak kepada orang tua karena dua hal, yakni: 1) Alloh membalas bakti kita kepada orang tua dan 2) anak meniru kebaikan kita kepada orang tua.

Anak adalah peniru yang baik, maka berbaktilah kepada orang tua niscaya kita akan mendapatkan anak yang berbakti. Dan janganlah menjadi orang tua yang durhaka kepada anak. Agar anak kita hidup selamat dunia dan akhirat.

+++——-+++++

Dikutip dari khutbah Jumat, 8 November 2024, Mesjid Nur Romadhan Puloasem Utara Jakarta Timur, Khatib Muhammad Ibadillah Bsh.

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *