Adakah Penyakit Hati Dalam Diri Kita?

By Nasehat Islam Last Updated On 23 February 2025 0 Comments 196
Mengobati Penyakit Hati
Mengobati Penyakit Hati

Salah satu upaya menggapai kedamaian, ketentraman dan keselamatan hidup adalah menjaga hati bersih dan menghilangkan segala penyakit hati.

Kenapa? Karena hati adalah raja. Ia adalah faktor utama yang mempengaruhi baik-buruknya hidup seseorang. Kesalahan dalam mengelola hati akan mengakibatkan rusaknya kualitas hidup baik di dunia bahkan di akhirat.

Nabi yang mulia bersabda: 

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)(HR. Bukhari dan Muslim).

Maka dengan itu, sangat penting untuk mendeteksi apakah hati kita dalam kondisi sehat atau kondisi sakit. Jika hati sakit maka segeralah membersihkannya. Jangan sampai penyakit hati itu bersemayam lama dalam diri kita. 

Indikator Penyakit Hati

Mengacu penjelasan dari seorang ulama, setidaknya ada tiga indikasi bahwa seseorang memiliki penyakit hati. Ketiga indikasi itu adalah sebagai berikut: 

#1. Tidak Merasa Takut dan Kuatir Saat Melakukan Dosa

Seseorang yang terjangkit penyakit hati, dirinya tidak merasa takut atau kuatir akan adab dan murka Alloh saat melakukan dosa dan maksiat. Misalnya melakukan kebohongan, melalaikan sholat dan perbuatan maksiat lainnya. 

Perbuatan dosa baginya sudah menjadi ‘habit’ atau kebiasaan. Bahkan karena seringnya melakukan dosa, ia sudah tidak menganggap dosa sebagai dosa. Ia akan terus menerus melakukan dosa sampai kotoran atau bintik hitam dalam hatinya semakin menumpuk. 

Nabi yang mulia bersabda, siapa yang melakukan dosa maka dosa itu akan membentuk bintikan hati (warna hitam). Jika diiringi taubat dan amal sholeh, maka bintikan itu akan hilang. Namun jika tidak, maka bintikan hitam itu akan terus bertambah sehingga hati menjadi hitam kelam. Dan hitam kelamnya itu, tidak terjadi sekaligus. Namun berangsur-angsur seiring perbuatan dosa yang dilakukan.

Perhatikan sabda nabi berikut:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

Fitnah-fitnah itu akan dihadapkan kepada hati, seperti tikar, satu serat satu serat. Hati mana saja yang menyerap fitnah itu, maka satu noda hitam tertempel dalam hatinya.

Dan hati mana saja yang tidak menerimanya, akan tertitiklah pada hati itu satu titik putih, sehingga, jadilah hati itu dua macam; putih seperti batu pualam, sehingga fitnah apapun tidak akan membahayakannya selama ada langit dan bumi.

Sementara hati lainnya berwarna hitam legam, seperti teko atau ceret terbalik, tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemunkaran selain hawa nafsu yang diserapnya” (HR Muslim)

Lihat juga  Menghadirkan Dzikir Dalam Keseharian

Sementara itu, seseorang yang hati-nya bersih, ia akan merasa gelisah dan tidak nyaman saat berbuat dosa dan maksiat. Ia takut akan murka Alloh dan khawatir jika ia mati dalam keadaan berdosa.

#2 Tidak Ada Keseriusan /  Fokus Dalam Melakukan Ketaatan

Seseorang yang terjangkit penyakit hati, dalam dirinya tidak ada keseriusan atau fokus melakukan ketaatan. Ia akan merasa malas dan berat untuk beribadah. Saat melakukan-pun, ia lakukan dengan asal-asalan (hanya untuk menggugurkan kewajiban). Tidak ada rasa khusyu dan konsentrasi di dalamnya. 

Namun, orang yang memiliki hati bersih, ia akan bersegera melakukan ibadah dan kebaikan. Contohnya saat waktu sholat. Orang yang hatinya bersih akan mencari mesjid sebelum adzan berkumandang. Sementara orang yang hatinya berpenyakit, akan lalai (menunda-nunda) dan saat melakukannya-pun tidak disertai ke-khusyu-an.

#3. Nasehat Tidak Memberikan Pengaruh Kepadanya

Orang yang memiliki penyakit hati, mau di-nasehati dengan cara apapun, dirinya sudah bebal. Tidak akan berbekas dan berpengaruh untuk menjadi lebih baik. Bahkan ia merasa diri lebih benar dan sombong dibandingkan orang lain yang menasehatinya. Berbeda dengan orang yang hatinya bersih, saat diberi nasehat, hatinya bergetar untuk mengingat Alloh dan kembali kepada-Nya.

Ada dua jenis nasehat yang bisa diterima seseorang, yakni nasehat 1) berapa ayat al-Quran, hadits dan ucapan ulama serta 2) nasehat yang berupa ujian dan musibah.

Orang yang berpenyakit hati saat diberikan kedua nasehat itu, akan tetap acuh dan cuek. Saat dinasehati ayat al-Quran dan hadits, tidak ada getaran dalam hatinya. Begitu pula saat ditimpa adab dan musibah, tidak ada kesadaran bahwa musibah itu adalah ‘teguran’ untuk kembali kepada petunjuk Alloh.

Padahal jika kita renungkan ayat al-Quran, apapun musibah yang menimpa diri seseorang hakikatnya Alloh menginginkan ia beriman dan kembali ke jalan Nya. Perhatikan kedua ayat berikut:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS at-Taghabun 11)

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Lihat juga  Taqwa Sebagai Solusi Hidup Manusia

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum 41)

Lebih lanjut, Orang yang ber-penyakit hati, ia akan sombong atas nasehat yang diberikan dan musibah yang menimpa dirinya.

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلْغَىِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya.

Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (QS al-A’raf 146)

Adakah Penyakit Hati Dalam Diri Kita
Buanglah Penyakit Hati Yang Telah Bersemayam

Berdasarkan ketiga indikasi di atas, maka kita bisa mendeteksi apakah hati kita bersih atau berpenyakit. Jika ada kotoran hati, maka segeralah untuk membuangnya. Dalam firman-Nya Alloh memerintahkan untuk membersihkan hati.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Dan pakaianmu bersihkanlah (QS al-Muddatstsir 4)

Ulama tafsir menjelaskan bahwa pakaian yang harus dibersihkan dalam ayat di atas maknanya hendaklah engkau membersihkan kotoran hati. Jangan biarkan dalam hati mengendap lama-lama.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan hati, diantaranya dengan cara berikut:

  • Berdoa kepada Alloh untuk mendapatkan hati yang bersih. Karena Dia-lah dzat yang menggemgam hati setiap makhluk.
  • Memperbanyak dzikir
  • Mendirikan sholat
  • Banyak membaca al-Quran
  • Sibuk dengan hal yang bermanfaat
  • Tidak tamak / serakah terhadap dunia
  • dll.

Demikian penjelasan singkat terkait indikasi seseorang memiliki penyakit hati dan cara membersihkannya.

—–+++++——

Dikutip dari pengajian ba’da Shubuh, 1 Februari 2025, Mesjid Raya Pulo Asem Jakarta Timur, Penceramah: Ust. DR Wahid Rahman MA.

Ust. DR Wahid Rahman MA
  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *