Bacalah Al-Quran dengan Suara Terindah

By Nasehat Islam Last Updated On 02 July 2024 0 Comments 104
Membaca al-Quran dengan Suara Terindah
Membaca al-Quran dengan Suara Terindah

Kita mengimani bahwa Al-Quran adalah pedoman hidup yang harus dibaca, dipelajari dan diamalkan. Saat berinteraksi dengannya ada beberapa adab yang perlu kita perhatikan. Salah satunya adalah membaca dengan suara terindah.

Anjuran memperindah bacaan al-Quran dapat kita jumpai dalam beberapa hadits berikut:

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

“Hiasilah al-Quran dengan suara-suara kalian” (HR Abu Dawud). 

عن الْبَرَاء بْن عَازِبٍ رضي الله عنهما «أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر، فصلى العشاء الآخِرَةَ، فقرأ في]إحدى الركعتين بِالتِّينِ وَالزَّيْتُون فما سمعت أحدًا أحسن صوتًا أو قراءة منه».  [صحيح] – [متفق عليه]

“Dari Al-Barrā` bin ‘Āzib r.a, “Bahwasanya Nabi ﷺ sedang dalam perjalanan, lalu beliau melaksanakan salat Isya. Di salah satu rakaatnya beliau membaca surah At-Tīn. Aku tidak pernah mendengar seorang pun yang suaranya atau bacaannya lebih indah dari beliau.”

Merujuk hadits di atas, memperindah membaca al-Quran adalah disunnahkan. Nabi ﷺ tidak memperindah suaranya kecuali dalam membaca al-Quran.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Alloh tidak mendengarkan sesuatu seperti mendengarkan bacaan nabi ﷺ yang membacanya dengan keras dan memperindahnya. Pelajarannya, seorang hamba tidak diizinkan memperindah suara kecuali ketika membaca al-Quran dan Alloh tidak mendengarkan keindahan seseorang kecuali suara itu benar dari ayat al-Quran.

Imam Ahmad mengatakan, seseorang yang membaca al-Quran hendaklah memperindah suaranya dan penuh kesedihan dan syahdu. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa al-Quran diturunkan dengan kesedihan. Maknanya al-Quran diturunkan Alloh penuh ke-khusyu-an untuk membersihkan hati dan jiwa manusia.

Halaman dengan motif dan corak dari beberapa mushaf awal (Wikipedia)

Untuk itu, hendaknya kita berusaha memperindah bacaan al-Quran dengan suara terbaik. Tidaklah sama nilai antara orang yang membaca dengan suara indah dan benar tajwidnya dengan orang yang membaca seadanya (alakadarnya). Dan tentunya berbeda pula pahala yang akan diraih di sisi Alloh SWT.

Dalam riwayat lain, nabi ﷺ bersabda:

ليس منا من لم يتغن بالقرآن يجهر به

Bukan golongan kami, orang yang tidak taghanni dalam membaca Al Qur’an” (HR. Al Bukhari).

Ulama mengatakan makna ghina‘ dalam hadits ini adalah tidak membaguskan suara ketika membaca Al Qur’an, karena meremehkan.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan pula bahwa nabi Muhammad ﷺ pernah mendengar suara Abu Musa al-Asyari. Nabi ﷺ mengatakan kepadanya, Kamu tahu tidak, bahwa tadi malam aku mendengar engkau membaca al-Quran. Wahai Abu Musa, engkau telah dianugrahkan Alloh seruling keluarga nabi Daud.

Mendengar perkataan nabi  ﷺ , Abu Musa berkata, “Wahai rosul, kalau aku tahu tadi malam engkau mendengar bacaanku, aku pasti akan semakin memperindahnya lagi”.

Lihat juga  Mengenal al-Quran Sebagai Pedoman Hidup

Dari keterangan hadits di atas, ada pelajaran yang bisa diambil yakni, nabi Muhammad ﷺ sangat mencintai bacaan al-Quran dengan lantunan yang indah. Disunnahkan seseorang memperbagus bacaan al-Quran ketika ada orang atau guru yang senang mendengarkannya. Selain itu, hendaklah kita selalu membiasakan diri membaca dan mendengarkan lantunan al-Quran dalam keseharian.

Sikap Dalam Memperindah Bacaan Al-Quran

Terkait dengan memperindah bacaan al-Quran, kita harus menyikapinya dengan sikap pertengahan. Karena ada sekelompok orang yang memiliki pandangan ekstrim, sebagai berikut:

  • Sikap yang Berlebih-lebihan

Kelompok ini berpendapat bahwa tidak boleh membaca al-Quran dengan irama sama sekali. Dalam membaca al-Quran haruslah lurus-lurus atau datar-datar saja. Cukup memenuhi tajwid tanpa perlu diperindah.

  • Sikap Terlalu Mempermudah

Kelompok ini membaca al-Quran hampir sama dengan nyanyian atau lagu. Menjadikan bacaan al-Quran seperti nyanyian dan sengaja meniru pola lagu, sehingga bacaannya keluar dari kaidah ilmu tajwid.

Sikap yang harus kita terapkan adalah sikap pertengahan. Yakni memperindah bacaan al-Quran, tidak berlebihan dan tidak keluar dari kaidah ilmu tajwid. Salah satu contohnya adalah lantunan bacaan al-Quran yang dikumandangkan imam masjid Haram dan Nabawi.

Selain itu, para ulama sepakat bahwa seseorang dikatakan bacaan tajwid-nya tepat haruslah ada alim/ahli yang menyaksikan dan mengoreksinya. Sebagaimana Alloh menyaksikan bacaan nabi ﷺ . Dan bacaan sahabat disaksikan oleh nabi ﷺ. Karena al-Quran adalah ilmu praktek.

Halaman dari Surat Al-Qur’an. Hijaz , abad ke-8. Perpustakaan Inggris (Wikipedia)
Adab Lain dalam Membaca Al-Quran

Selain adab yang diterangkan di atas, ada adab lain yang disunnahkan selama berinteraksi dengan al-Quran, yaitu sebagai berikut:

1. Disunnahkan menangis ketika membaca dan mendengarkan bacaan al-Quran

2. Disunahkan membaca dan memanjangkan bacaan yang seharusnya dipanjangkan

Beberapa dalil yang memperkuat hal di atas adalah sebagai berikut:

Tangisan Umar bin Khattab

ن عبدالله بن شداد رضي الله عنه قال: “سمِعتُ نشيج عمر وأنا في آخر الصَّفِّ في صلاة الصبح، وهو يقرأ: ﴿ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ ﴾ [يوسف: 86]”؛ أخرجه ابن أبي شيبة في المصنف.

“Dari Abdullah bin Syaddad RA, dia berkata, “Saya mendengar isak tangis Umar ketika saya berada di akhir baris dalam sholat Subuh, ketika dia membaca, “Saya hanya mengeluh tentang kesusahan saya dan kesedihan saya kepada Allah.” (QS Yusuf 86)

Tangisan Rosululloh ﷺ

Lihat juga  Iman kepada Al Quran dan Kitab Sebelumnya

Suatu ketika Abdullah bin Masud bercerita, Nabi Muhammad ﷺ  bersabda kepadaku, “Bacakan suatu ayat Alquran.

“Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin saya membacakan ayat untuk engkau, sedangkan ayat ini diturunkan kepada engkau,” tanya Abdullah bin Masud. “Aku suka mendengarkannya dari orang lain,” jelas Rasulullah.

Maka Abdullah bin Masud membacakan surat An Nisa ayat 41. “Dan bagaimana (keadaan orang kafir nanti) jika kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.” Nabi Muhammad ﷺ bersabda,”Cukup sampai di sini saja.” Lalu Abdullah bin Masud melihat rosululloh ﷺ menangis mencucurkan air mata. (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, dan Thabrani). 

QS Az- Zumar 23

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ

جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.

Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

Hadits

وَعَنْ قَتَادَةَ قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟، فَقَالَ: كَانَتْ مَدًّا، وَفِي رِوَايَةٍ: (كَانَ يَمُدُّ صَوْتَهُ مَدًّا) ثُمَّ قَرَأَ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, يَمُدُّ بِـ بِسْمِ اللهِ، وَيَمُدُّ بِـ الرَّحْمَنِ، وَيَمُدُّ بِـ الرَّحِيمِ

“Qatadah berkata: Anas ditanya, bagaimana sifat bacaan Nabi ﷺ ? Ia menjawab: Bacaan Nabi ﷺ dengan memanjangkan. Dalam riwayat lain: (Nabi ﷺ memanjangkan suaranya). Nabi ﷺ membaca basmalah. Yakni dengan memanjangkan bismillah, arrahman dan arrahim.” (HR Bukhari)

——-++++——

Pengajian Ba’da Shubuh, 15 Juni 2024, Mesjid Salman al-Farisi Jakarta Timur, Penceramah Ust. Yopin Abu Hammam

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *