Bersikaplah Zuhud untuk Membersihkan Hati

By Nasehat Islam Last Updated On 28 October 2024 0 Comments 43
Zuhud-lah, Jangan menjadi Pecinta Dunia
Zuhud-lah, Jangan menjadi Pecinta Dunia

Salah satu upaya untuk membersihkan hati dan menggapai ketenangan hidup adalah bersikap zuhud. Untuk itu, mari kita pahami konsep zuhud sesuai tuntunan syariat Islam, agar kita bisa bersikap dengan tepat.

Banyak orang berpandangan, zuhud itu tidak memiliki harta dan hidup dalam kemiskinan. Namun jika kita telaah lebih lanjut, pandangan itu perlu diluruskan. Apalagi jika mempelajari keterangan dan kisah sebagai berikut: 

  • Salah seorang sahabat nabi yang bernama Abdurrahman bin Auf menjual ladangnya seharga 24 ribu dinar (sekitar Rp 120 milyar) untuk di-sedekah-kan kepada bani Zuhrah. Mana mungkin ia bisa ber-sedekah sebanyak itu kalau hidupnya miskin (tidak memiliki harta kekayaan).
  • Saat Medinah dilanda kekeringan, sahabat Ustman bin Affan membeli ‘sebagian’ sumur milik seorang Yahudi seharga 12 ribu dirham (Rp 30 milyar) untuk digunakan oleh orang islam Medinah. Ia bisa mengeluarkan harta sebesar itu karena hidupnya lebih dari berkecukupan. 
  • Al-Quran memberikan inspirasi, agar kita bekerja sungguh-sungguh (jangan bermalas-malasan) dan bertebaran di muka bumi.

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS al-Jumuah 10)

  • Di zaman rosul , di sekitar mesjid Medinah dibangun syuffah. Yakni ruangan kecil yang diperuntukan untuk orang yang tidak punya rumah. Orang yang menempati fasilitas ini disebut Ashabus Suffah. Salah seorang dari penghuni ini seharian kerjanya ibadah saja (sholat, baca al-Quran, dll). Suatu hari ditanya oleh rosul , siapakah yang memberimu makan?, orang itu menjawab, saudara saya. Mendengar jawaban ini, nabi berkata, “Pahala saudaramu jauh lebih besar daripada kamu”.
  • Sebuah kisah dituturkan oleh sahabat Sa’ad bin Abi Waqas. Setelah haji wada beliau menderita sakit dan mengira tidak bisa kembali ke Medinah. Rosul-pun menjenguknya. Sahabat bercerita tentang bagian harta yang akan diwariskan kepada anaknya. Singkat cerita rosul berkata, “Engkau tinggakkan ahli waris dalam keadaan berharta jauh lebih baik dibanding dalam keadaan meminta minta”.

Jadi, jika kita melihat fakta dan kisah di atas, maka sikap zuhud janganlah dipahami keliru, yakni tidak punya uang dan harta kekayaan (hidup miskin).

Lalu bagaimana konsep Zuhud yang diajarkan Islam?

Untuk memahami konsep zuhud secara utuh, mari kita mengacu sabda nabi sebagai berikut:

: أَتَىَ النَّبِيَّ   صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ  ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ! دُلَّنِـيْ عَلَـىٰ عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اِزْهَدْ فِـي الدُّنْيَا ، يُـحِبُّكَ اللّٰـهُ ، وَازْهَدْ فِيْمَـا فِي أَيْدِى النَّاس ، يُـحِبُّكَ النَّاسُ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ

“Ada seseorang yang datang kepada Rasulullâh ﷺ lalu berkata, ‘Wahai Rasulullâh! Tunjukkan kepadaku satu amalan yang jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Beliau menjawab, “Zuhud-lah terhadap dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan zuhud-lah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia.” [HR Ibnu Mâjah)

Merujuk hadits di atas, nabi memberikan petunjuk bahwa kita diperintahkan zuhud terhadap dunia, sehingga kita akan dicintai Allah dan zuhud-lah terhadap apa yang dimiliki manusia, sehingga kita akan dicintai manusia. 

Mengacu keterangan al-Quran dan hadist, sesungguhnya dunia ini secara kualitas dan kuantitas dibandingkan dengan akhirat tidak ada apa-apanya. Sehingga pola pikir dan perilaku kita jangan sampai terdominasi dunia. Jangan meletakkan dunia di hati, namun letakkanlah di tangan. Saat meletakkan dunia di hati, maka hidup akan diatur dunia, sebaliknya maka dunia bisa kita atur.

Ketika manusia dalam hidupnya didominasi dunia, maka al-Quran menyebutkan orang itu seperti binatang anjing.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Lihat juga  Laknat Alloh Bagi Empat Golongan Manusia

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS al-A’raf 176)

Seorang ulama menafsirkan, jika seseorang sudah terdominasi dunia maka ia akan menjadi ‘pecinta dunia’. Akibatnya banyak perkara yang akan dilakukannya yang harus kita hindari, yaitu sebagai berikut:

1. Pecinta dunia akan menjadikan dunia sebagai tujuan atau orientasi

Seorang ‘pecinta dunia’ akan menjadikan dunia sebagai tujuan utama dalam hidupnya. Motif hidupnya selalu diukur dengan keuntungan duniawi. Padahal bagi seorang muslim zuhud, dunia sesungguhnya bukanlah tujuan, namun hanya sebagai sarana.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS al-Qashash 77)

Seorang muslim zuhud akan menjadikan akhirat sebagai orientasi utama, sementara dunia yang penting tidak lupa (bukan sebaliknya). Karena saat akhirat sebagai tujuan maka dunia akan mengikutinya. Ibarat menanam padi, maka rumput-pun akan ikut tumbuh.

Lebih lanjut, al-Quran menyebutkan bahwa dunia ini sebagai senda gurau dan permainan, sementara akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya.

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS al-Ankabut 64)

Nabi mengumpamakan dunia sebagai pengembara (orang asing) dalam perjalanan bernaung di pohon lalu pergi meninggalkannya. Maka orang zuhud, akan menjadikan dunia sebagai ladang mencari bekal untuk kehidupan akhirat. Ia akan berlelah-lelah, capek dan bersusah payah beramal untuk kehidupan akhirat.

2. Pecinta Dunia akan menyamarkan yang haram dan menghalalkan yang samar (subhat)

Karena orientasi ‘pecinta dunia’ adalah dunia, maka ia akan menyamarkan sesuatu yang haram dan menghalalkan sesuatu yang samar (subhat). Pecinta dunia tidak akan peduli dengan apa yang ia dapatkan. Perkara subhat dan haram akan masuk dalam perutnya yang akan merusakan hatinya (segumpal daging). Akibatnya pikiran, perasaan dan sikap-nya juga akan rusak.

Sementara itu, orang zuhud akan berhati-hati dengan perkara haram dan subhat. Karena dalam konsep islam, hukum halal dan haram sudah sangat jelas. Dan sesuatu yang ada di antaranya adalah subhat.

Rosul bersabda:

عَنِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ )). رواه البخاري ومسلم، وهذا لفظ مسلم.

Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya.

Barangsiapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya.

Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan (undang-­undang). Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya.

Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati. [HR Bukhari dan Muslim).

3. Pecinta dunia akan menjadi orang pelit (Bakhil)

Pada dasarnya manusia itu diciptakan suka mengeluh dan memiliki sikap pelit. Sebagaimana tertera dalam al-Quran berikut:

Lihat juga  Dekati Ikhlas, Jauhi Riya

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (QS al-Ma’arij 19)

‘Pecinta dunia’ akan mengikuti keinginan nafsu untuk bersifat kikir dan pelit (bakhil). Bukan hanya hati yang mati, namun juga menahan harta untuk di-infaqkan atau sedekah-kan.

Sementara itu, orang beriman zuhud akan memiliki sikap dermawan, sebagaimana para sahabat berduyun-duyun memanggul harta di punggungnya untuk di-sedekah-kan. Hal ini selaras dengan sabda nabi yang berkata, “Ada dua sifat tidak boleh melekat para orang beriman, yaitu bakhil pelit dan tidak punya moral akhlaq”.

Juga selaras dengan indikator orang taqwa yang gemar berinfaq di saat kondisi lapang dan sempit.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS ali-Imran 134)

Nabi yang mulia bersabda “Tiga perkara yang membinasakan; yatu (1) kekikiran yang ditaati, (2) hawa nafsu yang diikuti, (3) seseorang meraja ‘ujub dengan dirinya.” (Hadits dishahihkan oleh Syaikh Albani Rahimahullah)

4. Pecinta dunia akan bersikap rakus

‘Pecinta dunia’ akan selalu asyik dan tak akan pernah puas (habis keinginanan) dengan dunia yang diperoleh. Ia akan rakus untuk memperolehnya. Sikat ‘kiri dan kanan’ bahkan dengan cara men-dholimi saudara muslim.

Sementara muslim zuhud, mereka akan jauh dari sikap rakus. Menerima dengan apa yang diberikan Alloh kepadanya. Meyakini sepenuh hati, seberapa-pun harta yang dimiliki ujungnya tidak akan dibawa mati.

Nabi berkata, maukah aku beritahu siapakah orang penghuni neraka? Nabi mengatakan mereka adalah orang yang kejam, orang yang rakus dan orang sombong.

Sahabat Ali ra mengatakan bahwa ada empat indikator ketaqwaan seseorang, yakni takut kepada Alloh, beramal sesuai dengan apa yg diturunkan Alloh (al-Quran), selalu ridho dengan pemberian alloh walaupun sedikit dan selaku bersiap untuk kehidupan kelak di hari kebangkitan.

Lebih lanjut nabi mengatakan tidaklah dua serigala dilepas dalam sekumpulan kambing, maka ia tidak lebih merusak daripada orang yang rakus terhadap dunia. Orang rakus tidak akan pernah puas dengan dunia sampai dagingnya dimakan cacing tanah di kuburan kelak.

5. Pecinta dunia akan kufur nikmat

Selanjutnya, ‘pecinta dunia’ tidak pernah mau beryukur. Jangankan dalam kedamaian, dalam kesulitan-pun dia akan menjauh dari Alloh. Sementara muslim zuhud, ia meyakini bahwa semua rizki yang didapat semua atas pemberian Alloh. Sehingga ia akan berterima kasih dengan cara mengingat-Nya, melakukan apa yang disukai-Nya, juga menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Begitu banyak karunia dan rizki yang diberikan Alloh dalam hidup ini. Sehingga, ia akan selalu ingat sekecil apapun nikmat yang diberikan.

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim 34).

Semoga kita diberikan kekuatan untuk menjadi orang yang zuhud, bukan ‘pecinta dunia’.

++++—–+++++

Dikutip dari pengajian ba’da Shubuh, 7 September 2024, Mesjid Raya Pula Asem Jakarta Timur, Penceramah Ust. DR Wahid Rahman MA.

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *