Hati Tenang dengan Sibuk Beribadah

By Nasehat Islam Last Updated On 30 August 2024 0 Comments 50
Agar hati tenang dan bahagia
Agar hati tenang dan bahagia

Dalam sebuah Hadits Qudsi, dikatakan bahwa seseorang bisa meraih hati tenang dan tentram, manakala ia menyibukkan diri dengan ibadah. Karena dengan ibadah, Alloh akan menjadikan hati berkecukupan dan tertutup dari kefakiran. Sebaliknya, saat berpaling dari ibadah, maka Alloh akan membuatnya semakin sibuk dengan urusan dunia.

Redaksi hadits-nya adalah sebagai berikut:

يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

Wahai anak Adam, sibukkanlah dirimu dengan ibadah kepada-Ku, Aku akan penuhi dadamu dengan kecukupan, dan Aku penuhi kebutuhanmu.

Jika tidak demikian, Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan, dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (H.R at-Tirmidzi) 

Mari kita pelajari lebih lanjut hadits di atas, agar kita mampu menghadirkan hati tenang dan bahagia dengan sebab sibuk beribadah.

Sibuk Dunia, Merasa Cukup vs. Beribadah

Terlebih dahulu mari kita pahami hubungan antara sibuknya mengejar dunia, kecukupan hidup dan ibadah kepada Alloh.

Kita menyadari, bahwa setiap manusia pasti condong dengan kesibukan dunia. Bisa sibuk karena urusan pekerjaan, perniagaan atau hal lainnya. Tujuannya sudah pasti. Mengumpulkan materi, menggapai kedudukan, memperkuat relasi dan berharap pemenuhan kebutuhan serta keinginan hidup.

Jika materi dan kedudukan sudah didapat, seyogyanya manusia akan merasa cukup. Namun kenyataannya tidak. Manusia akan terus mengejar dunia dan tidak pernah merasa puas. Itulah realitas kehidupan dunia.

Dalam prinsip Islam, rasa kecukupan itu tidaklah berbanding lurus dengan material (harta dan kedudukan). Namun berbanding lurus dengan seberapa luas hati menerimanya. Ukuran kaya itu bukanlah jumlah materi yang dimiliki, namun hati yang bisa menerima.

Kembali kepada hadits nabi di atas, disebutkan agar hati merasa ‘menerima’ (berkecukupan), maka kita harus menyibukkan diri beribadah. Baik ibadah langsung kepada Allah, juga ibadah yang sifatnya tidak langsung (antar sesama dan lingkungan).

Jadi, kunci untuk menggapai hati tenang (berkecukupan) adalah dengan sibuk beribadah.

Bagaimana Agar Kita Bisa Sibuk Beribadah?

Ber-transformasi diri dan ‘mengerem’ atas sibuknya urusan dunia menuju sibuknya beribadah bukanlah perkara mudah. Kenyataannya, kita selalu lalai dan lupa bahwa esok lusa akan mati.

Lalu bagaimanakah agar kita bisa sibuk beribadah?

Mari perhatikan firman Alloh dalam QS al-Anbiya 1 berikut: 

اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَۚ

Telah makin dekat kepada manusia perhitungan (amal) mereka, sedangkan mereka dalam keadaan lengah lagi berpaling (darinya).

Alloh menegaskan bahwa manusia itu selalu lengah dan berpaling dari-Nya. Sampai ia dekat dengan momen perhitungan amal yakni kematian.

Lihat juga  Obat Penawar Sedih, Malas, & Terbeban Utang

Jika kita cermati, ada satu petunjuk yang bisa kita ambil dari ayat di atas. Bahwa cara efektif agar bisa memperbaiki diri menjadi sibuk beribadah adalah dengan banyak mengingat dan merenungi kematian.

Ada banyak nasehat lain dalam al-Quran dan Hadits tentang kematian yang harus kita imani dan menjadi bahan renungan. Agar kita tersadar dan bersegera mempersiapkan bekal (amal dan ibadah) menuju kehidupan abadi kelak. Dan tentunya mendapat hati tenang dan bahagia.

Nasehat itu adalah sebagai berikut:

  • Kematian itu pasti akan menemui kita

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَࣖ 

Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS al-Jumu’ah 8)

  • Orang cerdas ialah yang sering mengingat kematian

أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنياوكرامةِ الآخرة

Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (HR Ibnu Majah).

  • Kematian itu semakin dekat dan pasti akan datang

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَࣖ 

Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (QS al-Munafiqun 11)

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ 

Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan. (QS al-A’raf 34)

  • Tidak ada orang yang tahu di bumi mana kita akan mati

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌࣖ ۝٣

Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti (QS Lukman 34)

Bagaimana jika masa lalu banyak berbuat dosa?

Setiap kita punya jalan hidup yang berbeda-beda. Bisa jadi kita pernah berbuat khilaf dan dzolim di masa lalu. Saat bertekad menjadi lebih baik beribadah, jangan jadikan masa lalu sebagai penghambat dan beban.

Lihat juga  Menghadirkan Dzikir Dalam Keseharian

Manusia itu tempat keliru dan lupa. Tidak ada manusia yang tanpa dosa kecuali rosul Muhammad yang maksum. Karena syetan selalu menggelincirkan manusia berbuat jahat dan buruk. Bahkan menjadikan perkara busuk-pun seolah menjadi indah.

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ 

Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua (QS al-Hijr 39)

Saat diri menyadari dosa dan maksiat masa lalu, maka bersegaralah bertaubat dan ‘merengek’ meminta ampun kepada Alloh. Sebagaimana nabi Adam as dan Nabi Yunus asmerengek’ berharap ampunan dari Alloh swt. 

Selanjutnya, berusahalah sekuat tenaga berbuat baik dan sibuk beribadah. Karena kata nabi , setiap kebaikan akan menutupi kejelekan yang telah dikerjakan.

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menutup keburukan.” (HR. Tirmidzi)

Alloh sungguh mencintai hambanya. Jangan pernah putus asa atas rahmat Alloh. Karena sesungguhnya Alloh maha menerima taubat atas perbuatan kita yang melampaui batas.

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS az-Zumar 53)

Semoga kita dan orang yang dicintai diberi kekuatan menjadi pribadi yang sibuk beribadah. Dengannya bisa meraih hati tenang dan bahagia, serta kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Amien….

———+++++++————

Catatan pengajian ba’da Shubuh, 11 Agustus 2024, Mesjid Nur Romadhan Pulo Asem Utara, Jakarta Timur. Penceramah Ust. DR. Wahid Rahman MA.

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *