Setiap orang menginginkan hati tenang dan selamat. Berbagai cara dilakukan agar bisa mendapatkannya. Dalam Islam, konsep hati tenang dan selamat adalah Qolbun Salim. Yakni kondisi hati yang mencerminkan ketenangan, kebersihan, dan ketundukan kepada Allah.
Hati yang telah dibersihkan dari sifat-sifat negatif seperti iri, hasad (kedengkian), dan nifak (ketidakjujuran dalam iman). Serta diisi dengan keimanan yang kuat, rasa syukur, cinta kepada Allah, dan kebaikan terhadap sesama makhluk-Nya.
Pentingnya kita menghadirkan hati tenang dan selamat (Qolbun Salim), dapat kita temukan dalam firman Alloh sebagai berikut:
QS Asy Syu’ara 88-89
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan Qolbun Salim (hati yang bersih),
Untuk mendapatkan dan menilai apakah diri kita telah memiliki hati tenang dan selamat, mari kita pelajari nasehat salah seorang sahabat nabi ﷺ yang mulia yakni Abdullah bin Mas’ud.
Pada suatu ketika beliau berkata:
Carilah hatimu di tiga tempat:
1) Di saat engkau mendengarkan Al Qur’an
2) Di saat engkau berada di majelis zikir (majelis ilmu)
3) Di waktu-waktu engkau menyendiri bersama Allah (yakni ketika bermunajat kepada Allah).
Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Allah agar memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tak punya hati lagi.
Dari nasehat Abdullah bin Mas’ud di atas, kita bisa menemukan hati tenang dan selamat (qolbun salim) itu pada tiga kondisi dan tempat sebagai berikut:
1. Pada saat mendengarkan al-Qur’an
Temukan hati kita saat mendengar dan mentadaburi al-Quran. Apakah hati kita bertambah tenang atau justru gelisah. Al-Qur’an menjelaskan bahwa orang yang beriman, jika diperingatkan ayat-ayat Allah SWT ia akan bersujud dan bertasbih.
اِنَّمَا يُؤۡمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيۡنَ اِذَا ذُكِّرُوۡا بِهَا خَرُّوۡا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوۡا بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَهُمۡ لَا يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ ۩ ١٥
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong” (QS As-Sajdah 15).
Hanya mereka yang beriman dengan ayat-ayat Allah, baik yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun yang terbentang dan tersebar di alam raya, apabila menyimak ayat-ayat Allah dan diperingatkan dengannya mereka akan tersungkur sujud, tunduk, dan patuh kepada Allah dengan khusyuk.
Begitu pula di dalam ayat lain, Allah berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal”
2. Pada saat Berada di Majelis Dzikir
Tempat ke#2 untuk menemukan hati adalah di majelis dzikir. Karena ia adalah tempat yang sangat mulia di sisi Alloh dan memiliki banyak keutamaan yang agung. Majelis dzikir adalah majelis ilmu, majelis yang mengajarkan halal dan haram, bagaimana membeli, menjual, bagaimana berpuasa, belajar tata cara sholat, menikah, thalaq (cerai) dan haji.
Mejelis dzikir memiliki banyak keutamaan dan keagungan, yaitu sebagai berikut:
a. Majelis Dzikir adalah taman surga di dunia
Nabi ﷺ yang mulia bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR Tirmidzi)
Imam ibnul Qoyyim al-Jauziyah rahimahulloh berkata barangsiapa yang ingin menempati taman-taman surga di dunia, hendaklah ia menempati mejelis-majelis dzikir, karena ia adalah taman-taman surga.
b. Majelis dzikir adalah majelis malaikat. Juga menjadi penyebab turunnya ketenangan dan rahmat Alloh. Alloh membanggakannya kepada malaikat.
Nabi ﷺ yang mulia bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah kecuali akan dinaungi oleh para Malaikat, diliputi rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Dan Allah menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya.” ( HR Muslim).
3. Pada saat Berkhalwat / Bermunajat Kepada Alloh
Orang shaleh dahulu sangat bahagia dan suka apabila mata mereka bisa menangis karena Alloh. Karena itu adalah salah satu kabar gembira dan bukti keimanan. Seseorang tidak akan bisa sengaja atau menangis karena Alloh, kecuali karena sentuhan iman di hati.
Imam Abu Daud meriwayatkan bahwa Ka’ab al-Ahbar berkata:
“Sesungguhnya mengalirnya air mataku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Alloh itu lebih aku sukai daripada aku berinfaq emas yang besarnya seukuran tubuhku” (HR Abu Daud)
Yang membuat seseorang bahagia ketika ia bisa menangis karena takut kepada Alloh, karena adanya balasan dan jaminan-Nya, sebagaimana nabi ﷺ bersabda:
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
”Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Alloh dan mata yang terjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam jihad di jalan Alloh (HR at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Berkhalwat atau menyendiri pada saat berdoa atau bermunajat, memiliki faedah yang sangat besar. Selain untuk menyampaikan berbagai persoalan kepada Alloh, juga sebagai bagian dari latihan untuk ber-sendirian. Karena di alam kubur kita akan berada dalam kondisi sendiri pula.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh pernah berkata:
Hendaklah seorang hamba memiliki waktu-waktu khusus menyendiri untuk berdoa, sholat, merenung, muhasabah, dan memperbaiki hatinya (Majmu’ Fatawa 10/637)
Semoga kita menemukan hati tenang dan selamat (qolbun salim) di tiga tempat tersebut. Baik ketika mendengar al-Quran, di majelis dzikir, maupun di waktu-waktu kita bermunajat kepada Alloh swt.
Kita merasakan kenyamanan dan keteduhan, serta mendapatkan faedah dan manfaat di tiga tempat tersebut.
Jika hal itu tidak kita temukan, bersegeralah memohon dan meminta kepada Alloh. Semoga Alloh berkenan mengembalikan hal itu kepada kita, sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud di atas:
Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Alloh agar memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tidak punya hati lagi.
++++———-+++++++
Catatan pengajian ba’da Shubuh, Mesjid Raya Pulo Asem Jakarta Timur, 21 Juli 2023, Penceramah Ust DR Darwis Abu Ubaidah MA.