Seperti kita ketahui, sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Pelaksanaannya harus mengikuti tata cara yang telah ditetapkan. Salah satu persoalan yang sering kita rasakan dan lihat adalah perilaku sholat yang terburu-buru. Penyebabnya beragam, bisa karena waktu yang mepet ataupun hajat hidup lainnya.
Sholat terburu-buru bisa terjadi saat kita ketinggalan sholat berjamaah, atau sholat yang dilakukan sendiri baik di rumah maupun di mesjid.
Agar terhindar dari perilaku tersebut, marilah kita pelajari esensi sholat sehingga kita bisa melaksanakannya sesuai tuntunan agama.
Orang Yang Buruk Sholatnya
Ada satu riwayat hadist yang menceritakan “orang yang buruk sholatnya”. Kita bisa telaah isinya untuk dijadikan pelajaran, yakni sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ ketika masuk masjid, maka masuklah seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia datang dan memberi salam pada Nabi ﷺ , lalu beliau menjawab salamnya.
Beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia pun shalat dan datang lalu memberi salam pada Nabi ﷺ. Beliau tetap berkata yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Sampai diulangi hingga tiga kali.
Dari kisah di atas, sesungguhnya orang tersebut secara surah atau gambaran, telah melakukan sholat. Ia telah berdiri menghadap kiblat, mengucapkan takbiratul ihram, ruku, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud dan seterusnya. Namun sholat-nya tidak benar dan harus diulangi karena tidak layak secara syariah. Kenapa?
Mari kita pelajari lebih lanjut hadits-nya:
Orang yang jelek shalatnya tersebut berkata, “Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”
Rasulullah ﷺ lantas mengajarinya dan bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al-Quran yang mudah bagimu. Lalu rukuklah dan sertai tu’maninah ketika rukuk. Lalu bangkitlah dan beriktidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai tu’maninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil tu’maninah.. Kemudian sujud kembali sambil disertai tu’maninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan keterangan hadist di atas, penyebab orang tersebut buruk sholatnya, karena kehilangan dua esensi, yaitu tu’maninah dan khusyu’.
Esensi #1: Tu’maninah
Para ulama menyatakan bahwa tu’maninah adalah rukun sholat. Ukuran tu’maninah adalah waktu minimal untuk mengucapkan 3 kali bacaan, diucapkan satu kali dengan tenang. Misalnya saat sujud, ukuran waktu minimalnya membaca سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ satu kali dengan tenang.
Jika sholat terburu-buru maka standar bacaan dan gerakannya tidak bisa dicapai. Dan tentunya, kita harus menghindarinya.
Agar bisa tu’maninah, salah satu caranya adalah menyadari bahwa sholat itu merupakan media untuk menyampaikan hajat kepada Alloh. Kita meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang bisa memenuhi hajat. Sehingga kita bisa melaksanakan sholat dengan penuh pengharapan akan dikabulkannya hajat.
Esensi #2: Khusyu’
Esensi kedua yang hilang dari orang yang buruk sholatnya adalah khusyu’. Pentingnya khusyu’, disebutkan sebagai salah satu sifat orang beriman.
QS al-Mukminun ayat 1-2
قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”
ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya”
Cakupan khusyu’ adalah hati dan anggota badan. Wujudnya membawa hati saat menghadap Alloh, serta merasakan kedekatan dengan-Nya. Sehingga hati merasa tenang, jiwa terasa damai dan anggota badannya pun menjadi tenang.
Al Hasan al Basri mengatakan khusyu’-nya para sahabat ada dalam dada mereka, sehingga pandangan matanya tertunduk dan anggota badannya menjadi tenang.
Bagaimana cara meraih sholat khusyu’?
Kunci utama agar bisa khusyu’ adalah memahami bacaan dan gerakannya. Lebih lanjut, Ibnu Katsir mengatakan bahwa ke-khusyu’-an itu hanya bisa dicapai dengan spesial datang untuk sholat. Dia tinggalkan semua persoalan di belakangnya. Bahkan kalaupun dia bawa persoalan, berkeyakinan bahwa Alloh yang akan menyelesaikannya.
Perumpamannya, kita datang kepada orang yang punya kedudukan yang bisa membantu kesulitan. Tentunya kita akan datang dengan membawa persoalan dan menyampaikannya tanpa terburu-buru. Bahkan sebisa mungkin berlama-lama di rumah tersebut.
Jika kita sudah bisa melakukan hal di atas, maka sholat akan memberikan ketenangan jiwa bukan menjadi beban. Dan sholat akan menjadi penyejuk mata dan hati.
Sebagaimana nabi ﷺ mengatakan bahwa sholat sebagai penyejuk mata & hati dan media istirahat.
إِنَّمَا حُبِّبَ إِلَـيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ: اَلنِّسَاءُ وَالطِّيْبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِـيْ فِـي الصَّلَاةِ
“Sesungguhnya di antara kesenangan dunia kalian yang aku cintai adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan kesenangan hatiku terletak di dalam shalat”
يَا بِلَالُ ، أَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Wahai Bilal! Istirahatkanlah kami dengan shalat!“
Untuk itu, marilah kita perbaiki kualitas sholat. Lakukan dengan tu’maninah dan khusyu’. Itulah bentuk perubahan, kemenangan dan hijrah yang sesungguhnya.
Jika kualitas sholat kita baik di hadapan Alloh, niscaya kualitas hidup juga akan baik di dunia dan akhirat.
++++++
Ceramah Tarawih, 21 Maret 2024. Mesjid Nur Romadhan Pulo Asem Utara. Penceramah Ust. Jafar Salih MA.
One thought on “Hindari Sholat Yang Terburu-Buru !”