Setiap pergantian hari, bulan, maupun tahun, bagi setiap muslim hendaknya menjadikan momentum untuk ber-muhasabah. Bertambahnya waktu mengingatkan diri bahwa semakin dekatnya kematian dan semakin berkurangnya jatah umur. Sehingga seyogyanya perlu mempersiapkan diri menghadapi kematian agar mendapatkan kebahagiaan di surga kelak.
Setiap muslim haruslah meyakini, bahwa setiap manusia telah ditetapkan ajalnya masing-masing. Tidak peduli apakah orang itu masih muda atau tua, masih sehat ataupun sedang sakit. Semua sudah ditetapkan kematian baginya oleh Alloh SWT.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS ali-Imran 185)
Bagi orang yang masih muda dan sehat, jangan merasa bahwa umurnya masih panjang. Karena datangnya kematian tidaklah harus mengalami tua atau sakit terlebih dulu. Kita menyaksikan banyak orang yang muda dan sehat meninggal, sementara orang yang sudah tua dan sakit masih diberikan umur panjang oleh Alloh. Kematian tidak dapat dipercepat atau ditangguhkan oleh kuasa manusia.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya“. (QS al-Araf 34)
Untuk itu, penting bagi kita agar senantiasa mempersiapkan diri. Suatu saat tidak mustahil Alloh datangkan ajal tanpa diduga sebelumnya. Sahabat Ali ra berkata, orang yang bertaqwa akan senantiasa mempersiapkan diri akan datangnya ajal untuk menghadapi kehidupan akhirat.
Hakikat Kebaikan bagi Seorang Muslim
Bagi seorang muslim, panjang atau pendeknya umur bukanlah hal yang utama. Seseorang yang umurnya panjang tidak menjamin bahwa ia akan mendapatkan banyak kebaikan dan keberuntungan. Sementara orang yang umurnya pendek, tidak pula menjadikannya putus harapan untuk mendapatkan kebaikan dan keberuntungan. Dari semua itu, yang terpenting adalah seberapa banyak kebaikan, ketaatan dan ketundukan yang ia lakukan selama menjalani kehidupan.
Sebagaimana nabi ﷺ yang mulia bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، وَشَرُّ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya. Dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan al-Hakim)
Seorang ulama salaf Maimun bin Mihran memberikan kiat agar mendapatkan keberuntungan hidup. Beliau mengatakan bahwa tiada kebaikan hidup seseorang kecuali ia senantiasa bertaubat kepada Alloh serta berusaha membersihkan jiwa dari dosa dan kesalahan.
Orang baik akan senantiasa beramal sholeh untuk meningkatkan derajat dan kedudukan dirinya di sisi Alloh dan dengannya ia akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan surga di akhirat kelak.
Kiat Menggapai Kebahagiaan dan Keberuntungan
Untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan hidup, Alloh telah memberikan pedoman dalam surat pendek yang selalu kita baca, yaitu dalam QS al-Ashr 1-3, sebagai berikut:
وَٱلْعَصْرِ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Imam As-Syafii menyebutkan kalau seseorang men-tadaburi surat di atas, sebenarnya sudah cukup memberikan peringatan dan panduan agar hidup tidak merugi. Yakni hendaklah ia menjadi orang yang beriman, beramal sholeh, dan saling memberi nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
Untuk itulah, nabi ﷺ yang mulia mengajarkan doa agar dalam menjalani kehidupan ini diisi dengan penuh kebaikan dan menjadikan kematian sebagai istirahat dari segala keburukan.
Doa tersebut adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَل الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَل المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami, perbaikilah dunia kami yang merupakan tempat hidup kami, perbaikilah akhirat kami yang merupakan tempat kembali kami dan jadikan kehidupan kami sebagai penambah kebaikan kami serta jadikanlah kematian kami sebagai istirahat kami dari segala keburukan“.
Dalam riwayat lain, nabi ﷺ mengatakan bahwa siapapun orang, baik orang itu taat atau sering melakukan maksiat, sungguh mereka akan merasakan penyesalan di akhirat kelak.
Sahabat bertanya, wahai rosul, mengapa orang yang baik dan buruk akan merasakan penyesalan? Nabi ﷺ menjawab, jika dia orang yang baik, dia akan menyesal karena tidak menambah kebaikannya selama di dunia sehingga mendapatkan sebanyak mungkin balasan yang diterima.
Sementara itu, jika dia orang yang buruk (sering maksiat dan melanggar aturan Alloh), ia akan menyesal kenapa tidak meninggalkannya selama di dunia karena ia merasakan adab yang sangat pedih.
Semoga kita tidak menjadi orang yang menyesal. Dalam sisa umur yang masih diberikan Alloh, mari kita mengisinya dengan banyak kebaikan, ibadah, ketaataan dan ketundukaan. Agar kita mendapatkan derajat tertinggi di sisi Alloh dan mendapatkan balasan terbaik di surga kelak.
Dan kita berlindung agar terhindar dari kerugian, siksa dan penyesalan selama-lamanya di akhirat kelak.
Mari maksimalkan sisa umur kita untuk meraih surga kelak…
++++——-++++++
Khutbah Jum’at, 5 Juli 2024, Mesjid Nur Romadhan Puloasem Utara, Jakarta Timur, Khatib: Ust Asep Inwanuddin MPd.I
One thought on “Meraih Surga Di Umur yang Tersisa”