Sebentar lagi kita akan menghadapi tahun baru. Waktu yang tepat untuk introspeksi diri (muhasabah) menentukan langkah perbaikan di masa depan. Mari bertanya pada diri, apakah amalan ibadah yang telah dilakukan sudah optimal dan sesuai dengan tuntunan Islam? Selanjutnya apa yang akan dilakukan di masa mendatang agar menjadi lebih baik.
Proses introspeksi sangatlah penting dilakukan, setidaknya ada tiga hal yang melatarbelakanginya yaitu sebagai berikut:
1. Proses evaluasi merupakan sesuatu yang jarang dilakukan oleh setiap orang
Ketika menyambut tahun baru, biasanya kalimat yang terucap ialah ”Walaah ngak tarasa yaah…kok sudah tahun baru lagi…”. Hampir sebagian besar orang Islam tidak pernah peduli terhadap karya atau aktivitas amal ibadah yang pernah dilakukannya. Al-Quran menyebut orang yang demikian itu dengan istilah al-ghofilin, yakni orang yang lalai, lengah, dan tidak sadar terhadap apa yang pernah dilakukan.
2. Nyaris umat Islam malas untuk menyusun program ke depan, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat operasional
Biasanya seseorang sangat ahli melakukan perencanaan saat berhubungan dengan urusan bisnis, namun sebaliknya jarang melakukannya kalau berhubungan dengan urusan iman dan islam. Padahal kalau mencermati teladan nabi, nabi Muhammad ﷺ adalah seorang tokoh perencana yang mumpuni, ia bersabda dalam haditnya, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat”. Segala amal itu ditentukan oleh niat, motivasi, atau perencanaan.
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Apapun kegiatan atau aktivitas akan sulit dikontrol kalau tidak ada perencanaan yang jelas
Sesuai konsep management modern, proses perencanaan dan kontrol merupakan salah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan agar mencapai hasil yang optimal.
Lalu bagaimanakah proses Perencanaan dan Evaluasi berdasarkan perspektif al-Quran, terutama hubungannya dengan momentum Tahun Baru?
Untuk menjawab tentang hal ini, ada baiknya kita merenungi firman Alloh SWT yang termaktub dalam QS al-Hasyr ayat 18:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat di atas, Alloh SWT dengan jelas dan gamblang memerintahkan orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alloh SWT. Taqwa bisa diartikan sebagai god consiousness, yakni seseorang merasa sadar atau ONLINE kepada Alloh SWT dalam kondisi apapun juga. Saat ia berdiri, duduk maupun berbaring, sehingga ia akan berhati-hati membentengi diri dari kesalahan dan dosa.
Selanjutnya Alloh SWT menyatakan bahwa hendaklah setiap jiwa atau individu melakukan proses evaluasi diri. Perintah proses evaluasi menggunakan kata “Tandhur” وَلْتَنظُرْ, mengandung arti melihat dengan penuh seksama, hati-hati, dan konsentrasi dengan menggunakan semua panca indera yang dimiliki.
Jadi, sebagai individu diwajibkan melihat dengan panca indra, akal, hati dan perasaan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan مَّا (MA). Kata “MA” dalam ayat ini bermakna perbuatan, sifat, amalan, shodaqoh, ilmu, dan lain sebagainya. Ia bermakna luas mencakup segala jenis kegiatan.
Lebih lanjut lagi, Alloh SWT menyatakan bahwa evaluasi yang telah dilakukan ini haruslah menjadi feedback dalam menyusun rencana masa depan agar hidup lebih baik dan berkualitas (Maximize Action). Segala kendala yang pernah terjadi, janganlah terulang kembali di kemudian hari, bagitu pula peluang yang pernah dilalui jangan sampai mubazir dimanfaatkan.
Beberapa ulama tafsir memberikan penjelasan yang lebih komprehensif tentang ayat ini, terkait dengan proses evaluasi dan perencanaan, yaitu sebagai berikut:
- Orang yang beriman dan bertaqwa akan menjadi optimal Iman dan Taqwanya kepada Alloh SWT, manakala ia selalu melakukan instrospeksi diri
- Proses evaluasi hanya efektif kalau didasari oleh iman dan taqwa.
Evaluasi merupakan sistem penilaian. Kalau penilaian ini dilakukan diri sendiri maka kemungkinan bersifat subjektif. Agar dicapai penilaian yang objektif atau sportif maka ia harus punya iman dan taqwa. - Jika ingin mendapatkan penilaian efektif dimasa datang maka ia perlu perencanaan
- Orang iman dan taqwa hanya akan produktif, kalau segala amalan yang dilakukannya berdasarkan perencanaan
- Perencanaan akan memudahkan mencapai tujuan yang hendak dicapai.
- Niat (Perencanaan) memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas dan kuantitas amalan. Sebab itu ketika nabi hendak hijrah ke Madinah, dan ditemukan kasus sebagian pemuda yang ikut berhijrah atas dasar wanita cantik, nabi ﷺ bersabda. “Sesungguhnya amal itu tergantung dari niat”.
- Alloh SWT akan memberikan bimbingan kepada seseorang yang dalam melakukan amalan diawali dengan niat atau perencanaan yang baik, untuk mengakses berbagai kemampuan yang sebelumnya belum pernah ia dapati. Nabi ﷺ bersabda, “Barang Siapa yang berbuat amalan yang didasari pengetahuan yang baik, maka Alloh akan membimbing kepada orang untuk untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan baru yang sebelumnya belum ia tahu”.
- Orang yang beriman, bertaqwa, melakukan evaluasi dan perencanaan akan diberika keberkahan hidup oleh Alloh SWT. Berkah adalah wujud dari kesejahtreaan. Kebutuhan hidupnya terpenuhi sesuai dengan waktu, baik berupa kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, harga diri, dan manfaat kepada orang lain. Dan berkah hidup yang hakikat dan sangat didambakan setiap orang adalah khusnul khotimah.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai pentingnya introspeksi diri sebagai landasan kita untuk berubah menjadi lebih baik di kemudian hari. Semoga momentum tahun baru mendatang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
++++++
Dikutip dari pengajian malam minggu, Mesjid Darussalam Kota Wisata, 12 Desember 2009
Leave a Reply