5 Ayat Surat An-Nisa untuk Hidup Bahagia

By Nasehat Islam Last Updated On 17 August 2024 0 Comments 53
Menggapai Hidup Bahagia
Menggapai Hidup Bahagia

Mari kita ‘mendulang’ ilmu dari Abdullah bin Mas’ud terkait 5 ayat dalam surat An-Nisa sebagai kunci menggapai kebahagiaan hidup. Agar kita pelajari, hayati dan amalkan. 

Abdullah bin Mas’ud berkata:

Ada lima ayat dalam surat An-Nisa yang sangat membahagiakanku, (seolah) aku memiliki dunia dan se-isinya, dan aku tahu bahwa para ulama apabila mereka melewatinya (membacanya) akan mengetahuinya, yaitu :

QS An-Nisa ayat 31, 40, 48, 64, dan 110 

Penjelasan dan kandungan dari 5 Ayat Surat An-Nisa tersebut adalah sebagai berikut:

#1. QS An-Nisa 31

“Pentingnya menjauhi dosa besar sebagai bagian dari usaha untuk mendapatkan ampunan dan kemuliaan dari Allah”

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).

  • Ayat ini memberikan penekanan pada pentingnya menghindari dosa-dosa besar yang jelas dilarang oleh Allah. Dosa-dosa besar ini bisa berupa perbuatan yang sangat serius dan mencakup berbagai aspek kehidupan. Seperti syirik, membunuh tanpa hak, dan lain-lain.
  • Jika seseorang mampu menjauhi dosa-dosa besar, Allah menjanjikan penghapusan dosa-dosa kecil mereka. Ini menunjukkan kemurahan Allah dan pengampunan-Nya terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh hamba-Nya selama mereka berusaha untuk menjauhi dosa-dosa besar.
  • Allah menjanjikan pula kepada orang-orang yang taat dan menjauhi dosa-dosa besar untuk memasukkan mereka ke tempat yang mulia. Ini bisa merujuk pada surga dan segala kenikmatannya yang tidak dapat dibayangkan.
  • Secara keseluruhan, ayat ini menggarisbawahi pentingnya menjauhi dosa besar sebagai bagian dari usaha untuk mendapatkan ampunan dan kemuliaan dari Allah, serta mendorong umat Islam untuk hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.
#2. QS An-Nisa 40

“Prinsip keadilan Allah yang absolut / mutlak serta kemurahan-Nya dalam memberikan ganjaran bagi setiap amal kebaikan”

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۚ وَاِنْ تَكُ حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi (seseorang) walaupun sebesar zarah. Jika (sesuatu yang sebesar zarah) itu berupa kebaikan, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.

  • Keadilan Allah Yang Maha Sempurna. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan menganiaya bahkan sebesar zarrah (partikel terkecil). Ini menunjukkan bahwa keadilan Allah sangat sempurna dan tidak akan ada satu pun perbuatan, baik atau buruk, yang akan terlewat tanpa mendapatkan balasan yang setimpal.
  • Pahala yang berlipat ganda. Jika seseorang melakukan kebaikan, meskipun sangat kecil, Allah akan melipatgandakan pahalanya. Ini menunjukkan kemurahan Allah dan dorongan bagi umat Islam untuk terus melakukan perbuatan baik, tidak peduli seberapa kecilnya.
  • Ganjaran yang Besar dari Allah. Selain melipatgandakan pahala, Allah juga menjanjikan pahala yang besar dari sisi-Nya untuk orang-orang yang melakukan kebaikan. Ini merupakan bentuk motivasi untuk selalu berbuat baik dan terus berusaha melakukan amal saleh dengan harapan mendapatkan ganjaran yang sangat besar dari Allah.
  • Secara keseluruhan, ayat ini menggarisbawahi prinsip keadilan Allah yang absolut / mutlak serta kemurahan-Nya dalam memberikan ganjaran bagi setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya.
Lihat juga  Mari Menghindari Kedzaliman
#3. QS An-Nisa 48

“Pentingnya menjaga tauhid dan menghindari syirik”

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar.

  • Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, yaitu tindakan mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau menyembah selain-Nya. Syirik adalah dosa terbesar dalam Islam dan dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hakikat keesaan Allah. Oleh karena itu wajib mempertahankan ketauhidan itu, sekalipun nyawa sebagai taruhannya.
Kaligrafi An-Nisa 48
  • Allah memberikan kesempatan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk diampuni dosa-dosanya yang selain syirik. Ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin telah melakukan dosa-dosa besar lainnya, Allah masih memiliki kekuasaan untuk mengampuni mereka jika mereka bertaubat.
  • Dengan mengetahui bahwa syirik adalah dosa yang tidak diampuni, umat Islam diberikan motivasi kuat untuk menjaga tauhid (keesaan Allah) dan menghindari segala bentuk syirik. Ini adalah prinsip dasar dalam agama Islam dan menjadi landasan bagi seluruh ajaran Islam.
  • Secara keseluruhan, ayat ini memberikan penekanan pada pentingnya menjaga tauhid dan menghindari syirik, serta menjelaskan bahwa Allah memiliki kekuasaan untuk mengampuni dosa lainnya selain syirik, dengan menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi dari syirik.
#4. QS An-Nisa 64

“Tata cara bertaubat dan pentingnya mengikuti petunjuk Rasul  sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan moral”

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا

Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Seandainya mereka (orang-orang munafik) setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Nabi Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

  • Ayat ini menegaskan bahwa setiap rasul yang diutus oleh Allah memiliki kewajiban untuk ditaati oleh umatnya. Ketaatan ini adalah bagian dari perintah Allah dan merupakan bentuk penghormatan terhadap wahyu yang dibawa oleh rasul.
  • Ayat ini juga menegaskan bahwa ketika seseorang melakukan kesalahan atau dosa(menzalimi diri sendiri), mereka harus segera mencari jalan taubat dengan datang kepada Rasulullah ﷺ,memohon ampun kepada Allah, dan berharap agar Rasulullah juga memohonkan ampunan bagi mereka.
  • Allah disebut sebagai Zat Yang Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang. Ini menunjukkan bahwa Allah sangat terbuka terhadap orang-orang yang benar-benar bertaubat dan berusaha memperbaiki diri mereka.
  • Rasulullah memiliki peran dalam memohon ampunan bagi umatnya, dan peran ini penting dalam proses taubat. Namun, pada saat yang sama, taubat harus dilakukan dengan ikhlas dan disertai usaha untuk memperbaiki diri.
  • Ketaatan kepada Rasul dan pengakuan atas kesalahan adalah kunci untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah.
  • Ayat ini mengajarkan umat Islam tentang tata cara bertaubat dan pentingnya mengikuti petunjuk Rasul sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan moral mereka.
Lihat juga  Memahami Tafsir Surat al-Kautsar
#5. QS An-Nisa 110

“Kemurahan dan pengampunan Allah serta pentingnya bertaubat dan memohon ampun”

وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Siapa yang berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

  • Ayat ini mengakui bahwa manusia bisa melakukan keburukan atau menzalimi dirinya sendiri melalui berbagai dosa dan kesalahan. Ini mencakup perbuatan yang melanggar hukum Allah dan merugikan diri sendiri.
  • Meski seseorang telah melakukan keburukan atau dosa, ada jalan untuk mendapatkan ampunan Allah, yaitu dengan memohon ampun (istighfar). Ini menunjukkan betapa pentingnya bertaubat dan memohon ampun kepada Allah sebagai langkah untuk memperbaiki diri.
  • Allah dijelaskan sebagai Zat Yang Maha Pengampun (Ghafur) dan Maha Penyayang (Rahim). Ini menegaskan bahwa tidak peduli seberapa besar dosa seseorang, jika mereka dengan tulus memohon ampun, Allah akan mengampuni mereka. Ini memberikan harapan dan dorongan kepada orang-orang untuk selalu kembali kepada Allah dalam keadaan apapun.
  • Secara keseluruhan, ayat ini menekankan kemurahan dan pengampunan Allah serta pentingnya bertaubat dan memohon ampun, menunjukkan bahwa Allah selalu siap untuk mengampuni hamba-Nya yang dengan tulus kembali kepada-Nya

——-++++++++———-

Catatan Pengajian Ba’da Shubuh, 17 Agustus 2024, Mesjid Raya Pulo Asem Jakarta Timur, Penceramah : Ust. DR Darwis Abu Ubaidah MA.

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *