Diceritakan dalam suatu riwayat di zaman nabi Isa as mengenai orang serakah. Ada tiga orang laki-laki memperoleh peta petunjuk harta karun. Ketiga laki-laki ini sangatlah berambisi untuk mendapatkan harta karun, agar menjadi orang kaya.
Lokasi harta karun sangatlah jauh dari tempat tinggal mereka, harus ditempuh melewati lembah, gunung, dan sungai. Dengan niat yang kuat, ketiga orang ini bertekad bahu membahu agar bisa mendapatkan harta karun tersebut.
Setelah melakukan persiapan dan mempelajari peta dengan seksama, berangkatlah ketiga orang ini menuju lokasi sesuai petunjuk peta. Mereka saling memberi semangat melewati tantangan demi tantangan. Tatkala salah seorang dari mereka kecapaian, yang lainnya membesarkan hati agar bersabar karena sebentar lagi akan sampai di lokasi harta karun.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka bertiga membongkar tanah dan ternyata memang benar harta karun emas yang diidam-idamkan, ada didepan mata. Mereka sangat gembira karena sebentar lagi akan menjadi orang kaya.
Selanjutnya merekapun beristirahat dan menyusun strategi untuk mengambil dan membawa harta karun dengan aman, dan terhindar dari perampok selama perjalanan. Mereka memutuskan untuk berjalan di malam hari tanpa henti sampai desa tempat tinggal. Untuk itu, mereka perlu mempersiapkan bekal makanan yang cukup agar tidak kelaparan selama di perjalanan.
Setelah diskusi cukup panjang, mereka saling berbagi tugas, dua orang menjaga lokasi harta karun dan satu orang lagi mencari perbekalan makanan.
Pergilah satu orang yang bertugas mencari makanan ke kampung terdekat. Saat membeli makanan, hatinya berkata, “Sayang sekali kalau harta karun itu dibagi tiga, coba kalau saya saja yang mendapatkannya, pasti saya akan menjadi orang terkaya”.
Tanpa berpikir panjang, orang ini mencampurkan racun pada makanan yang akan dikasih ke dua temannya. Harapannya dua temannya akan mati, sehingga otomatis dia sendiri yang mendapatkan harta karun itu.
Sementara itu, dua orang yang menunggu di lokasi harta karun, juga berembug dan tergoda. Mereka bicara “Sayang kalau harta ini kalau dibagi tiga. Seandainya dibagi dua, maka kita berdua akan menjadi terkaya di desa”. Mereka memutuskan untuk membunuh teman yang membawa makanan dengan memukulkan batang pohon.
Kedua orang ini selanjutnya bersembunyi di balik pohon menunggu teman yang membawa makanan tiba. Dan ketika yang ditunggu tiba, langsung saja mereka pukul dengan batang pohon sampai akhirnya temannya mati.
Sungguh bahagia kedua orang ini, karena hanya mereka berdualah yang akan memperolah harta karun itu. Singkat cerita, mereka pun lantas makan makanan yang sudah dibawa teman yang mati.. Namun apa dikata, karena makanan itu sudah beracun, kedua orang ini pun akhirnya mati juga…sungguh ironis…
Itulah penggalan cerita orang serakah yang menggambarkan sifatnya atas harta atau materi. Sifat nafsu dan serakah pada akhirnya membawa sifat permusuhan dan kerugian. Harta karun yang harusnya bisa dibawa dan dibagi sama rata bertiga, akhirnya tidak bisa dinikmati, malah kematian yang didapat.
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan lainnya)
++++++
Ceramah Shubuh, 14 Agustus 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: Ust. Drs. H. Aseph Aonuddien MSi