Kita hadirkan topik ini ditengah kegelisahan sebagian masyarakat Indonesia melihat carut marut kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua berharap kapankah kita memiliki seorang pemimpin ideal yang mampu memberi teladan dan meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Bagi seorang muslim, saat berbicara tentang pemimpin ideal seyogyanya merujuk pada sumber referensi yang mutlak kebenarannya, bukanlah merujuk pada pikiran atau kepentingan golongan tertentu. Paradigma memilih pemimpin ideal haruslah konsisten, tidak berubah sesuai perubahan hawa nafsu, rezim, dan kepentingan politik.
Kriteria pemimpin ideal baik sebagai pemimpin rumah tangga, jamaah, organisasi, partai ataupun negara, banyak diterangkan dalam ayat-ayat al-Quran, salah satunya ada dalam QS al-Anbiya 73;
وَجَعَلْنَٰهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِ ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَٰبِدِينَ
“Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah”
Ayat di atas berbicara mengenai pemimpin ideal di dunia menurut versi Allah, sebagai sumber kebaikan dan bukan hawa nafsu. Keabsahannya tidak bisa dibantahkan kecuali bagi mereka orang yang mengingkarinyua (kafir), karena Allah maha Benar atas firman-Nya.
Merujuk ayat di atas, setidaknya ada lima kriteria sebagai pemipin ideal, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan Petunjuk Kepada Masyarakatnya dengan Perintah Kami.
Pemimpin ideal selalu memberikan arahan kepada masyarakatnya berdasarkan petunjuk yang datang dari Allah. Ia senantiasa mengajak seluruh manusia kepada Allah. Ia akan berupaya secara maksimal membawa rakyatnya untuk taat beribadah kepada Allah. Bukan sebaliknya, mengajak bergabung dengan partainya untuk melanggengkan kekuasaan, dan melawan musuh-musuh politiknya.
2. Selalu Memproduksi Kebaikan-Kebaikan
Pemimpin ideal selalu memproduksi kebaikan-kebaikan, termasuk dalam lingkup rumah tangganya. Ia mengajak istri dan anaknya untuk beribadah kepada Allah bukan mengarahkan pada kemaksiatan. Begitu pula dalam lingkup lingkungan dimana ia tinggal, kebaikan-kebaikan selalu diprioritaskan dan mempersempit ruang gerak kemaksiatan dan kemusyrikan. Hukum ditegakkan meskipun menimpa keluarganya.
3. Mendirikan Sholat
Berbahagialah jika memiliki pemimpin yang rajin mendirikan sholat 5 waktu. Karena sholat yang ‘ditegakkan’ sesuai firman Allah, akan memberikan dampak yang luar biasa yakni mencegah perbuatan keji dan munkar. Pemimpin dengan kriteria ini, akan menularkan spirit penegakkan sholat 5 waktu kepada anggota masyarakatnya, sehingga secara otomatis akan mencegah merajalela-nya korupsi, fitnah, membunuh tanpa alasan jelas, dan perbuatan keji lainnya.
4. Membayar Zakat
Allah memerintahkan zakat dalam ayat ini dengan kata Iitaa-a. Penggunaan kata ini untuk menegaskan bahwa membayar zakat tidak sekedar mengeluarkan harta, namun harus dibarengi dengan daya dorong yang kuat, sebagai bukti komitmen keimanan.
Seorang pemimpin ideal akan berusaha menegakkan sistem zakat dengan baik dan amanah. Belajar dari sejarah umat Islam, jika sistem zakat (2.5% dari pendapatan) dikelola dengan baik dan jujur, maka akan mendatangkan keberkahan dan kemakmuran bagi masyarakatnya. Karena ini adalah sistem Allah bukan sistem sistem manusia.
5. Hanya Menjadi Budak Allah
Seorang pemimpin ideal akan mengkhususkan dirinya menjadi hamba Allah, bukan budak hawa nafsu, kekuasaan, pengusaha hitam, negara asing, dan lain sebagainya. Keberanian dia sebagai hamba alloh, tidak bisa dipaksa atau diintervensi oleh pihak manapun.
++++++
Dikutip dari pengajian malam Ahad, 11 Juni 2011, Mesjid Darussalam Kota Wisata Cibubur, Narasumber : DR Ahzami Samiun Jazuli MA