Sifat Sahabat Nabi Yang Perlu Diteladani

By Nasehat Islam Last Updated On 06 January 2025 1 Comment 127
Sifat Sahabat Nabi Yang Perlu Diteladani
Sifat Sahabat Nabi Yang Perlu Diteladani

Di antara keyakinan (aqidah) yang perlu tertanam kuat dalam diri seorang muslim adalah meyakini bahwa manusia yang paling mulia setelah nabi Muhammad ﷺ  adalah para sahabat nabi. Kenapa? karena nabi sendiri yang menyebutkannya. Beliau menyatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah pada generasiku dan generasi berikutnya. Bahkan beliau melarang mencela para sahabat. 

Perhatikan sabda nabi berikut ini:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR Bukhori Muslim)  

 لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti gunung uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR Bukhori Muslim) 

Menjadi pertanyaan, faktor apa saja yang membuat sahabat nabi mulia di sisi Alloh?. Mengacu pendapat para ulama, banyak sekali sifat yang melekat pada sahabat nabi yang menyebabkan mereka memiliki derajat mulia di sisi Alloh. Beberapa sifat tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut:

1. Sahabat Nabi Sangat Mencintai Alloh dan Rosul

Tidak ada orang yang memiliki rasa cinta yang kuat kepada Alloh dan Nabi melainkan para sahabat. Bukti konkritnya bisa kita telaah pada beberapa peristiwa berikut ini:

  • Hijrah dari Mekkah ke Medinah

Hijrah merupakan perkara yang sangat besar dan berat. Para sahabat harus rela meninggalkan kampung halaman beserta harta yang dimilikinya. Karena rasa cinta kepada Alloh dan nabi, mereka melakukannya dengan penuh perjuangan.

Bilal bin rabbah saat kondisi demam di Medinah, ia begitu merindukan Mekkah. Padahal ia tidak memiliki banyak harta, bahkan disiksa oleh kaum Quraisy saat di Mekkah. Saat sakit, seakan-akan ia ingin melewati malam di lembah yang dikelilingi rumput idzkir dan juga tanaman jalil, memandang bukit Syamah dan bukit Thufail, atau bermain dengan gemericik air di telaga Mijanah. Bilal saja memiliki kerinduan yang dalam kepada Mekkah apalagi sahabat nabi lainnya. Dan mereka harus rela meninggalkannya.

Kisah lainnya terkait Shuhaib ar-Rumi. Ia adalah sahabat nabi yang saat tiba di Mekkah, kondisinya miskin. Namun kemudian ia berbisnis dan menjadi seorang yang kaya raya. Saat ada panggilan hijrah ke Medinah ia ditahan (tidak diizinkan) kaum Quraisy kecuali seluruh kekayaannya diserahkan kepada mereka. Menyikapi situasi ini Shuhaib pun rela melepaskan semua hartanya demi melakukan hijrah bersama nabi .  

Hijrah dari Mekkah ke Medinah
  • Melindungi Nabi saat Perang Uhud

Peristiwa lainnya yang membuktikan kecintaan sahabat kepada nabi adalah saat sahabat Thalhah bin Ubaidillah menjaga nabi saat perang uhud. Ia rela berkorban demi melindungi nabi. Ia berkata, jadikan leher dan dadaku sebagai tameng bagimu wahai rosululloh. 

Gunung Uhud, lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
  • Rela Merasakan Penyiksaan

Sahabat Khubaib bin Adi ditangkap kaum Quraisy, lalu disiksa dan dicederai tubuhnya. Kaum Quraisy berkata, wahai Khubaib kami bisa membebaskan engkau dari siksa ini, asalkan bisa digantikan dengan Muhammad. Mendengar tawaran ini, Khubaib berkata, Demi Alloh aku tidak akan merasa nyaman jika nabi Muhammad walau hanya tertusuk duri.

Itulah beberapa kisah yang membuktikan para sahabat menjadi sosok mulia karena kecintaannya kepada Alloh dan rosul.

Lihat juga  Meneladani Sahabat Nabi Menggapai Surga
2. Sahabat Nabi Tanggap dan Cepat Menjalankan Perintah dan Larangan

Saat ada perintah ‘lakukanlah’, para sahabat bersegera melakukannya. Begitu juga saat ada larangan, ‘jangan lakukan’, para sahabat bersegera menjauhinya. Tidak ada alasan menunda atau minta keringanan.

  • Perintah Menggunakan Jilbab

Aisyah ra, menceritakan saat turunnya perintah memakai jilbab, para wanita-wanita muhajirin, ketika turun ayat ini ‘Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada (dan leher) mereka (QS. An-Nur:31), mereka merobek selimut mereka lalu mereka berkerudung dengannya.” (HR. Bukhari)

  • Larangan Khamar

Begitu juga saat ada larangan meminum khamar. Pada suatu waktu, Anas sedang menuangkan khamar untuk Abu Thalhal dan beberapa orang lainnya. Lalu ada seseorang datang dan menyampaikan informasi bahwa khamar telah diharamkan.

Sontak saat itu juga para sahabat membuang semua khamar yang akan mereka minum. Mereka mematuhi perintah untuk meninggalkan meminum khamar dengan mudah, tanpa bertanya mengapa harus meninggalkan khamar. Sejak saat itu mereka pun tidak pernah minum khamar.

3. Sahabat Nabi Begitu Cinta Kepada Sesama Muslim

Diabadikan dalam ayat al-Quran, pada sahabat sangat cinta kepada sesama kaum muslim. Bahkan mereka lebih mengutamakan kebutuhan kaum muslim lain dibanding dirinya meskipun ia sangat membutuhkan.

Perhatikan ayat berikut ini:

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ 

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka(QS al-Fath 29)

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);

dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung (QS al-Hasyr 9)

4. Saat Jatuh Pada Kekeliruan, Sahabat Nabi Segera Sadar dan Taubat

Sifat ini dapat kita pelajari dari kisah Umar bin Khattab saat menerima kritik dari seorang wanita tua tentang mahar.

Suatu hari Sayyidina Umar naik ke atas mimbar lalu berpidato di depan khalayak. “Wahai orang-orang, jangan kalian banyak-banyak dalam memberikan mas kawin kepada istri. Karena mahar Rasulullah dan para sahabatnya sebesar 400 dirham atau di bawah itu. Seandainya memperbanyak mahar bernilai taqwa di sisi Allah dan mulia, jangan melampaui mereka. Aku tak pernah melihat ada lelaki yang menyerahkan mahar melebihi 400 dirham.”

Seorang perempuan Quraisy berdiri lalu melontarkan protes ketika Sayyidina Umar turun dari podium. “Hai Amirul Mu’minin, kau melarang orang-orang memberikan mahar kepada istri-istri mereka lebih dari 400 dirham?” “Ya.” “Apakah kau tak pernah dengar Allah menurunkan ayat:  وَآتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنْطَارًا… kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar)…” (QS an-Nisa’: 20) 

Protes tersebut disambut hangat oleh Sayyidina Umar. Ia membaca istighfar dan berujar, “Tiap orang lebih paham ketimbang Umar.” Selanjutnya umar kembali ke atas mimbar dan berkata, “Wahai khalayak, tadi aku larang kalian memberikan mahar kepada istri melebihi 400 dirham. Sekarang silakan siapa pun memberikan harta (sebagai mahar) menurut kehendaknya.”

Lihat juga  Cinta Nabi Muhammad Kepada Umatnya

Begitulah salah satu sifat dari sahabat nabi yang membuat mereka mulia. Ibnu Mas’ud berkata barang siapa di antara kalian mencari figur, maka jadikan sahabat sebagai figur karena para sahabat adalah generasi manusia yang hatinya baik dan memiliki ilmu dalam petunjuk yang lurus. Kenalilah dan ikutilah mereka sesungguhnya mereka benar di jalan yang lurus

Abdullah Ibnu Mas’ud ra mengatakan,

إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ

Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad  adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya.

Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (HR Ahmad) 

Lebih lanjut nabi berkata, umatku akan terbelah menjadi 73 golongan. Semua terancam neraka Jahannam kecuali satu, yakni mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabat. 

 لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.

Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. 

Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’

(para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’” (HR at-Tirmidzi) 

Demikian penjelasan terkait sifat sahabat nabi yang menjadikannya mulia di sisi Alloh. Semoga kita bisa mencontoh dan menjadikannya sebagai tauladan.

+++—–++++

Dikutip dari khutbah Jumat, Masjid Nur Romadhan Pulo Asem Utara, Jakarta Timur, 3 Desmber 2024, Khatib Ust Gigih Surya Nugraha SH

Ust. Gigih Surya Nugraha SH
  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

One response to “Sifat Sahabat Nabi Yang Perlu Diteladani”

  1. […] tepat waktu dan berjamaah di masjid seperti yang dicontohkan rosul ﷺ dan dianjurkan kepada para sahabat. Saat seseorang bisa menjaga dan memelihara sholat lima waktu secara istiqomah, maka ia akan […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *