Di dalam ajaran islam, kemuliaan tertinggi seseorang diukur dengan derajat ketaqwaannya. Secara sederhana, taqwa diartikan berbuat baik kepada Alloh dan juga kepada makhluk-Nya. Berbuat baik kepada Alloh, wujudnya tidak menuhankan yang lain selain Alloh. Dalam dirinya terdapat keyakinan Laa ilaha illalloh. Mematuhi segala yang diperintahkannya dan sekuat tenaga menjauhi larangannya.
Orang bahagia adalah orang yang paling taqwa. Kebahagiaan tidak ada kaitannya dengan jumlah harta, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan, popularitas dan penampilan. Karena itu semua hanyalah casing. Bahagia kuncinya ada dua, yaitu iman dan amal sholeh. Dan inilah yang dimililiki oleh ahli taqwa.
Untuk bisa menjadi orang taqwa, mari kita pelajari dan amalkan salah satu cirinya yang tertuang dalam QS Ali-Imran 134-134, yaitu sebagai berikut:
1. Senang Ber-infaq dalam Keadaan Lapang & Sempit
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit..”
Ciri pertama orang taqwa adalah gemar berinfaq dalam keadaan apapun. Hatinya terlepas dari lengketnya dunia. Ia meyakini bahwa rizki yang sebenarnya adalah rizki yang disedekahkan di jalan Alloh, bukan yang ada di tangannya (misalnya rumah, tanah, deposito, dll). Ibarat tukang parkir, ia akan rela menerima mobil masuk dan juga melepas mobil keluar, karena dalam dirinya tidak ada rasa memiliki.
Jangan banyak berpikir dan ragu untuk bersedekah. Karena bahagia akan didapat dengan berbagi. Makin sering mengumpulkan dan menghitung harta, maka tarikan menjadi hamba harta akan semakin kuat. Sepertinya akan bahagia, namun aslinya akan terjauh dari rasa bahagia.
Dunia tidak boleh lengket di hati. Jangan kagum dengan kilauan dunia. Yang membuat bahagia justru dengan bersedekah. Alloh tidak menciptakan bahagia dalam pelit. Namun Alloh menciptakan bahagia dalam sedekah.
2. Mampu Menahan amarah
وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya”
Ciri kedua orang yang taqwa adalah bisa menahan amarah. Berhati-hatilah bagi yang mudah jengkel, tersinggung dan marah serta mengganggap marah sebagai hal yang biasa. Nabi bersabda, Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.
Setiap orang pasti punya rasa jengkel, kecewa, sakit hati dan sedih. Namun rasa itu haruslah dikendalikan sehingga marahnya menjadi kebaikan.
Marah bukanlah gaya, tapi ciri orang yang lemah. Perilaku orang marah biasanya tidak jelas dan akalnya tidak normal. Kata-kata yang keluar seperti orang yang tidak berpendidikan. Orang marah tidak akan siap dengan kebenaran karena dia maunya benar.
Kita harus memiliki sikap tegas dan santun, bukan pemarah. Orang pemarah cenderung dzalim, sementara orang tegas acuannya fakta dan aturan. Berhentilah memiliki perangai mudah marah, kedepankan sikap tegas berlandaskan aturan dan jalankan secara konsisten.
3. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ
“…dan memaafkan (kesalahan) orang”
Tidak ada orang taqwa yang memiliki sikap benci, sakit hati dan dendam kepada sesama dan saudara. Di saat ada orang mencaci, memaki dan menghina, janganlah tersinggung. Karena semua itu tidak ada apa-apanya dibanding kehinaan yang kita miliki. Betapa banyak aib kita yang orang lain tidak tahu sementara Alloh SWT mengetahui dan menutupinya.
Agar tidak merasa sakit hati saat ada orang menyakiti, kita harus yakin bahwa semua karunia hidup itu datangnya dari Alloh. Dia-lah Alloh yang menciptakan, menghidupkan, memberi rizki, menutupi dosa, mengampuni, memberi pahala serta pemilik surga.
Kita tidak perlu pusing dan memikirkan orang yang menyakiti. Orang itu tidak ada apa-apanya. Semua nikmat dan karunia adalah milik dan dari Alloh. Sehingga hati kita tidak kotor dan bisa mengedepankan sikap memaafkan.
4. Berorientasi Kepada Kebaikan
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
” …Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
Ahli taqwa selalu berorientasi kepada kebaikan. Berpikir baik, ber-prasangka baik, berbicara baik serta konsisten berbuat yang baik-baik. Dalam dirinya memiliki sikap hormat, tulus serta menyayangi orang lain (suami, istri, anak, teman, saudara, dll).
Jika ada orang lain berbuat salah, ia akan menasehatinya dengan lemah lembut, tidak mengungkit kesalahan masa lalu serta fokus pada permasalahan. Saat berbicara ia pilih kata-kata terbaik. Menjawab dengan jawaban terbaik. Menyuruh dengan cara terbaik. Serta menolakpun dilakukan dengan cara terbaik.
Semua kebaikan dinikmati sebagai amal sholeh. Tidak memikirkan apakah orang lain mengetahui atau tidak. Kita tidak bisa membolak balik-kan hati seseorang. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha menjadi ahli taqwa dan hadiahnya Alloh akan membalikkan hati orang yang kita tuju. Dan Alloh Ridho kepada orang yang berbuat baik.
QS al-Baqoroh 195
وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“…dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
QS al-Qhashas 77.
وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu…”
Hidup bahagia bukanlah menuntut dan menyuruh. Tapi melakuan terbaik dalam hidup serta melupakannya. Jangan sekali-kali menanti ucapan terima kasih dan mengharap balas budi orang lain atas kebaikan yang kita lakukan. Karena itu menjadi tidak Ikhlas. Berhentilah berharap kepada makhluk, cukuplah Alloh yang menjadi sumber harapan.
5. Ketika Berbuat Dosa dan Dzalim, Segera Ingat Alloh dan Minta Ampunan
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…”
Ahli taqwa bukanlah orang yang tidak punya dosa. Namun ia tidak pernah merencanakan berbuat dosa dan ketika tergelincir dosa segera ingat Alloh, serta minta ampun dan berhenti melakukannya.
Dunia ini adalah ujian. Hidup di dunia ini hanyalah mampir. Setiap orang ada dalam antrian untuk dijemput malaikat maut. Setiap hari, terdapat seribu satu jalan menuju kematian. Tidak ada jaminan, hari esok kita masih hidup. Sehingga sambil menunggu, kita harus berusaha melakukan amalan terbaik, agar saat wafat diberikan Alloh SWT hadiah khusnul khotimah.
Mudah-mudahan kita bisa terus menerus belajar dan mempraktekkan sungguh-sungguh untuk menjadi orang taqwa. Dunia akan baik-baik saja. Alloh akan urus urusan kita. Karena solusi terbaik akan diberikan kepada ahli taqwa.
Dan berdoalah agar kita menjadi ahli taqwa.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu hidayah, ketakwaan, kehormatan, dan kecukupan.” (HR. Muslim)
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Allah, limpahkanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menyucikan jiwa, Engkau-lah yang menjaganya serta melindunginya.” (HR Muslim)
++++++
Ceramah Tarawih 6 April 2024, Mesjid Raya Al-Musyawarah Kelapa Gading, Jakarta Utara, Penceramah KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)