Nasehat tentang Ilmu, Amal dan Ikhlas

By Nasehat Islam Last Updated On 19 February 2024 0 Comments 251
Ilmu, Amal dan Ikhlas
Ilmu, Amal dan Ikhlas

Ada satu rangkaian utuh yang menjadi fondasi dalam ber-Islam, yakni ilmu, amal dan Ikhlas. Untuk menguraikan pentingnya ketiga fondasi tersebut, mari mendalami nasehat yang di sampaikan Sahl bin Abdullah at-Tusari.

#1. Dunia ini semuanya adalah kebodohan yang mematikan, kecuali orang berilmu yang mengetahui tentang hakikat dunia

Pada dasarnya, dunia ini adalah kebodohan yang akan berujung bencana atau musibah, kecuali orang yang berilmu. Jika kita membaca ayat al-Quran dan hadits, tidak ada satupun ayat yang memuji kehebatan dunia. Justru, banyak ditemukan perumpamaan rapuhnya kehidupan dunia.

Dikisahkan, suatu waktu nabi ﷺ dan sahabat berjalan di suatu pasar. Menemukan bangkai anak kambing yang cacat. Nabi ﷺ menawarkan kepada sahabat, apakah mau membelinya? Sahabatpun menjawab, jangankan membeli, diberipun tidak mau. Lalu nabi ﷺ bersabda, dunia lebih hina daripada bangkai anak kambing cacat ini.

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  مَرَّ بِالسُّوْقِ دَاخِلًا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِوَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ. فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: ))أَيُّكُمْ يُحِبُّأَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ (( فَقَالُوْا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قال:(( أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ )) قَالُوْا: وَاللهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ. فَكَيْفَوَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: (( فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ )).

Sesungguhnya Nabi ﷺ berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau ﷺ . Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya Beliau ﷺ bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau ﷺ bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau ﷺ bersabda:

فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian”

Luqman al Hakim, seorang bijak yang namanya diabadikan dalam al-Quran, memberi nasehat kepada anaknya tentang rapuhnya dunia,

Wahai anakku, Sesungguhnya dunia ini bagaikan laut yang sangat dalam. Sungguh telah banyak manusia yang karam di dalamnya. Oleh karena itu, jadikanlah Taqwa sebagai perahumu. Kemudian isilah perahumu dengan iman kepada Alloh. Lalu jadikan tawakal sebagai layar yang membawa kapal. Dengan demikian saya berharap kamu selamat. Jika tidak demikian, maka saya tidak dapat berharap engkau selamat”.

Lebih lanjut, nabi ﷺ bersabda tentang kehidupan dunia:

أَلَا إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِـيْهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ مُـتَـعَلِّـمٌ

Lihat juga  Alloh Bersama Orang Bertaqwa dan Berbuat Kebaikan

Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allâh dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, atau orang yang mempelajari ilmu”

Untuk itu, sangatlah penting bagi kita mengetahui hakikat kehidupan dunia yang sesungguhnya agar terhindar dari bencana dan musibah.

Ilmu Hakikat Kehidupan Dunia

Berkaitan dengan ilmu hakikat kehidupan dunia, Alloh SWT mengumpamakan bahwa kehidupan dunia seperti hujan deras yang turun ke bumi. Membuat tanaman menghijau. Lalu tanaman itu menguning, tua dan rontok.

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِوَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (QS al-Hadid 20)

Lebih lanjut, Alloh SWT menciptakan 100 rahmat. Kemudian menahan 99 rahmat di sisi-Nya. Hanya 1 rahmat yang diberikan ke semua makhluk di dunia untuk berbagi satu sama lain.

إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً

Sesungguhnya Allah swt menciptakan rahmat, pada hari penciptaannya Allah swt menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan di sisiNya 99 rahmat, dan melepaskan untuk seluruh ciptaannya satu Rahmat….” (HR Bukhari)

Untuk mendapatkan 1 rahmat Alloh SWT di dunia, dan karena keterbatasan ilmu, maka  haruslah merujuk kepada panduan Alloh SWT yang ada dalam al-Quran.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَاتَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (al-Qashash 77).

Merujuk kepada ayat di atas, tujuan hidup yang sesungguhnya adalah menggapai kebahagiaan di negeri akhirat. Apa yang Alloh SWT berikan kepada kita, berupa kehidupan, bentuk fisik sempurna, akal, kesehatan, dan diturunkannya wahyu, itu semua harus menjadi modal untuk menggapai negeri akhirat. Alloh memerintahkan kita bukan mencari dunia melainkan akhirat.

Lihat juga  Akhlaq Islam Sebagai Sebuah Karakter

Apapun yang dilakukannya akan menjadi kemaslahatan. Baginya dunia hanyalah jembatan menuju akhirat. Tidak silau dengan gemerlapnya dunia. Tetapi karena hidup di dunia, jangan pula lupakan bagian 1 rahmat di dunia. Berbuat baik terhadap sesama dan lingkungan serta tidak melakukan kerusakan.

#2. Ilmu itu akan menjadi bumerang bagi seseorang kecuali di amalkan

Setelah memiliki ilmu, tidaklah cukup berhenti di sini. Kewajiban berikutnya adalah beramal sesuai kadar kemampuan. Alloh SWT mengancam  orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS as-Shaff 2)

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS as-Shaff 3)

#3. Dan amal semua adalah debu yang mudah diterbangkan oleh angin kecuali amal yang didasarkan kepada keikhlasan

Tahapan berikutnya adalah semua amalan yang dilakukan haruslah Ikhlas. Yakni menggapai keridhoan Alloh SWT. Janganlah berbuat riya, menyebut-nyebut kebaikan serta menyakiti orang yang dibantu.

Amal sebanyak apapun, jika tidak didasari karena Alloh, maka tidak akan memberi manfaat yang berarti.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِوَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍمِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS al-Baqoroh 264)

#4. Dan Ikhlas itu agung, karena tidak ada yang tahu tentang Ikhlas kecuali Alloh SWT dan semua akan ditutup saat menjelang kematian

Ikhlas haruslah dilakukan secara konsisten. Meskipun di awalnya ikhlas, bisa jadi dalam perjalanan waktu berubah niat. Seorang ulama menterjemahkan bahwa ikhlas itu seperti membuang kotoran di pinggir kali. Tidak pernah melihatnya kembali setelah kita membuangnya.

Kadar keikhlasan seseorang hanya diketahui oleh Alloh SWT, sampai kematian menjemput. Dan dengannya kita akan mendapat manfaat kebaikannya. Untuk itu, pertahankanlah amal dan ikhlas sampai azal menjemput.

++++++

Pengajian ba’da Shubuh, 17 Februari 2024, Mesjid Raya Pulo Asem-Jakarta Timur. Penceramah: DR Darwis Abu Ubaidah MA.

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *