Kisah ini menceritakan kejadian nyata taubat yang dialami seseorang yang bernama Malik bin Dinar. Kisah ini dituturkan oleh guru kami bernama Syeikh Sulaiman Mubarok (pengajar al-Azhar Mesir) dalam suatu pengajian di mesjid Darussalam Kota Wisata Cibubur.
Berikut kisah orang taubat selengkapnya untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua,
Syahdan, dahulu kala hiduplah seorang kaya bernama Malik bin Dinar. Dia adalah anak dari seorang pejabat di daerah Irak. Karena berlimpah harta dan kekayaan, keseharian hidupnya banyak dilakukan untuk berpoya-poya, melakukan maksiat dan memuaskan kenikmatan dunia lainnya. Sesuatu yang semestinya dilakulan ia langgar, dan sebaliknya sesuatu yang seharusnya ditinggalkan ia lakukan.
Pada suatu hari dengan kehendak Alloh SWT, anak perempuan yang sangat ia cintai bernama Fatimah meninggal dunia. Malik sangat sedih dan menyesal. Meninggalnya anak perempuan yang ia cintai ini, bukannya menyadarkan dia untuk berhenti berbuat dosa dan maksiat, namun sebaliknya malah bertambah perbuatan dosa dan maksiatnya.
Pada suatu malam, Malik bin Dinar bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia berkumpul dengan banyak orang di suatu tempat asing yang tidak ia kenal sebelumnya. Tatkala semua orang berkumpul, matahari dengan pancaran panas yang menyengat turun mendekat sehingga jaraknya kira-kira sebatas satu jengkal. Semua orang yang berkumpul, merasakan panas yang tiada bandingannya. Malik pun begitu, ia merasakan suatu penderitaan yang sangaat luar biasa. Belum pernah ia merasakan penderitaan seberat yang ia rasakan dalam mimpi itu.
Dalam suasana menderita ini, tiba-tiba terdengar suara bergelegar dan berkata, “Wahai manusia, bersiap-siaplah kalian, sebentar lagi kalian akan menghadap Alloh untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan kalian. Kalian akan dipanggil satu persatu untuk menghadap-Nya”.
Mendengar suara itu, Malik merasa ketakutan. Ingin sekali ia lari menjauh dari kenyataan yang sedang ia hadapi. Maka Malik pun bergegas lari sekuat tanaga menjauhi kerumunan itu. Namun apa yang terjadi, ia dikejar seekor ular berkepala sembilan.
Dalam kejaran ular itu, Malik tiba di suatu tempat dan bertemu seorang kakek tua yang lemah dan duduk bersandar di bawah sebatang pohon.
Malik berkata, “Wahai kakek tua, tolonglah aku dari kejaran ular!!”, Kakek tua menjawab, “Mohon maaf, aku tidak bisa menolong kamu, aku sangat lemah…, cobalah kamu pergi ke tempat sana, siapa tahu ada orang yang bisa menolongmu”. Mendapat jawaban itu, Malikpun pergi ke tempat yang ditunjuk kakek tua itu.
Sesampainya di tempat yang di tuju, bukannya ia mendapati orang yang mau menolong, malah bertemu dengan kobaran api yang sangat panas, seolah-olah api itu mau membakar dirinya. Malikpun kembali lagi menemui kakek tua, dan minta pertolongan lagi agar bisa selamat dari kejaran ular dan api yang sangat panas. Kakek tua itu lantas menunjuk satu gunung, dan menyuruh Malik agar pergi ke gunung itu, siapa tahu ada orang yang bisa menolongnya. Dan Malikpun bergegas lari menuju gunung itu.
Setibanya di gunung, Malik menemukan sekelompok anak kecil. Salah saorang anak berkata, “Wahai Fatimah, itu bapakmu, toloong.., toloonglah bapakmu..!!”. Mendengar ucapan itu, Fatimah mendekati sang ayah dan mereka saling berangkulan dengan erat seperti sudah lama tidak bertemu.
Si anak lantas berkata, “Wahai ayahku tercinta, apakah engkau tahu, siapakah ular berkepala sembilan yang mengejarmu itu, Siapakah kakek tua yang lemah tadi itu?, dan siapakah api panas yang mau menyambarmu itu?”. Sang ayah menjawab, “Aku tidak tahu”.
Sang anak pun berkata lebih lanjut, “Ketahuilah wahai ayahku, ular berkepala sembilan itu adalah perbuatan maksiatmu yang keji dan berdosa. Api yang sangat panas adalah neraka jahannam yang sedang menunggumu. Sementara kakek tua yang lemah tak berdaya itu, adalah amal sholehmu yang hanya sedikit sehingga tak berdaya menolongmu”.
Si anak lantas membacakan firman Alloh dalam QS al-Hadid ayat 16:
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
Mendengar ayat al-Quran ini, Malik pun terbangun dari tidurnya.
Singkat cerita, setelah mimpi ini, Malik pun segera taubat, berangkat ke mesjid dan meninggalkan segala entuk maksiat. Malik berjihad secara istiqomah sehingga akhirnya ia menjadi seorang sholeh dan menjadi imam mujahid (orang yang berjihad di jalan Alloh).
Itulah sepenggal kisah tentang taubat Malik bin Dinar. Mungkin kita tidak mengalami mimpi seperti yang dialami Malik bin Dinar. Namun alangkah baiknya jika bisa menarik hikmah dari kisah mimpi ini. Siapa tahu kita masih banyak melakukan maksiat, meninggalkan sholat dan dosa-dosa lainnya.
Semoga kisah ini bisa menyadarkan kita untuk bersegera kembali kapada Alloh, taubat dengan sepenuh hati agar selalu dalam naungan La ilahaillalloh sampai azal menjemput. Jangan sampai perbuatan dosa yang dilakukan menjadi seekor ular yang akan mengejar-ngejar kita di akhirat kelak..
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS Fussilat 33)”
“Dikutip dari pengajian Shubuh, 3 April 2010, Mesjid Kota Wisata Cibubur, Narasumber: Ust. Drs. H. Aseph Aonuddien MSi”
3 thoughts on “Orang Taubat: Dikejar Ular Kepala Sembilan”