Ada beberapa tingkatan agar bisa meraih derajat ketaqwaan. Jika manusia lupa pada Alloh SWT, maka dia akan lupa pada dirinya sendiri. Jika dia berbuat maksiat, maka sesungguhnya ia telah lupa terhadap kebutuhan dan hakikat hidupnya. Alloh SWT menerangkan dalam Al-Qur’an, As-Syam 8,
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”
Yang menjadi pertanyaan, kenapa kata “Fujuur” فُجُورَ (Jalan Kejahatan) disebutkan terlebih dahulu dibandingkan kata “Taqwa”? وَتَقْوَ Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia lebih cenderung pada “Fujuur” dibandingkan “Taqwa”.
Ada lima potensi pada diri manusia yang harus diperbaiki secara berjenjang agar bisa meraih ketaqwaan, yaitu sebagai berikut:
Insting atau Perasaan
Hati-hatilah dengan perasaan, jangan sampai condong kepada kesesatan. Biasanya muncul perasaan: “Kayaknya enak…, sepertinya…, Penasaran…, dll”. Ikutilah perasaan dengan petunjuk Alloh SWT, dekatkan kepada Alloh SWT, dan luruskan dengan kemauan Alloh SWT.
Qolbiyah atau hati
Kadang kemauan lebih besar dari kemampuan, jika iman tipis maka ia akan dekat kepada kemunkaran. Maka isilah hati dengan mengingat kepada Alloh SWT, agar kita mendapatkan Furqaan. Sebagaimana Dia berfirman dalam QS Al-Anfal 29,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانً
”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqaan…”
Fikriah / Pola Fikir
Bertawakal dan bergantunglah kepada Alloh SWT, selaras dengan bacaan yang seri dibaca dalam QS Al-Ikhlas, “Qulhuwallohu ahad, Alloohussomad….”. Dekatilah Alloh dan berfikir positiflah menurut versi Alloh SWT.
Sikap
Cinta dan dekatlah kepada Alloh SWT, serta tegas untuk “Amal maruf nahi munkar”. Sebagaimana tercantum dalam QS Al-An’am 163,
لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ
“Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Alloh”.
Amaliyah
Bekerja, berbuat, dan berbicara haruslah mengandung ajaran Alloh SWT, serta mengukuti kebiasan-kebiasan Nabi Muhammad ﷺ.
++++++
Dikutip dari Khutbah Jum’at, tgl 8 Mei 2009, di Mesjid Toyota-Astra Motor