Memahami Isra dan Mi’raj Melalui Iman

By Nasehat Islam Last Updated On 11 October 2023 0 Comments 135
Hikmah Isra dan Mi’raj
Hikmah Isra dan Mi’raj

Salah satu peristiwa besar dalam perjalanan dakwah nabi Muhammad ﷺ adalah Isra dan Mi’raj. Isra berupa perjalanan dari mesjid haram Mekah ke masjid Aqsa Palestina, sedangkan mi’raj perjalanan dari mesjid aqsa ke sidratulmuntaha.

Sejak peristiwa ini diceritakan oleh nabi keesok harinya disikapi berbeda oleh umat manusia. Ada yang yakin sepenuhnya dan ada juga yang sebaliknya (ingkar).

Sebagai seorang muslim yang beriman, keyakinan terhadap peristiwa ini harus dipahami melalui pahamanan al-Qu’ran sebagai petunjuk yang mutlak kebenarannya. Bagaimana al-Qur’an menggambarkan secara utuh peristiwa ini?

Keterkaitan Surat

Ayat-ayat dan surat-surat yang terdapat dalam al-Qur’an disusun rapi oleh Alloh SWT. Proses penyusunannya sedemikian rupa sehingga antara satu surat ke surat berikutnya ada keterkaitan yang erat. Surat al-Fatihah menjadi pembukaan sebelum penjelasan rinci surat al-Baqoroh. Begitu juga surat al-Baqoroh menjadi pembukaan sebelum penjelasan rinci surat Al-Imran. Begitu seterusnya keterikatan ini terbina sampai akhir surat dalam al-Qur’an.

Kalau melihat dari sudut pandang keterikatan surat ini, maka surat sebelum al-Isra adalah surat an-Nahl. Artinya surat an-Nahl ini menjadi pembukaan untuk memahami lebih lanjut surat al-Isra atau peristiwa Isra dan Mi’raj. Jadi, sebelum memahami peristiwa Isra dan Mi’raj kita harus memahami betul kandungan yang terdapat dalam surat an-Nahl.

Pemahaman An-Nahl

Dari sisi penamaan, An-Nahl artinya lebah. Suatu makhluk yang sangat istimewa dan ajaib. Lebah memiliki sifat bersih, tidak menggangu kecuali diganggu. Saat ada yang mengganggu, dia menyengat namun sengatannya pun bisa dijadikan obat. Lingkungan hidupnya berdasar struktur koloni yang terkelola, rumah segi enam yang tertata rapi, dan bahasa tarian yang unik. Ini semua adalah ciptaan Alloh yang maha istimewa. Zat yang perbuatannya pun maha istimewa. Jadi peristiwa Isra dan Mi’raj merupakan suatu peristiwa yang istimewa yang terjadi karena kehendak Alloh SWT yang maha istimewa.

Ayat pertama surat an-Nahl berbunyi:

أَتَىٰٓ أَمْرُ ٱللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Telah pasti datangnya ketetapan Allah (hari kiamat) maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.

Kalau diperhatikan kalimat ayat ini, Alloh menyatakan peristiwa hari kiamat dengan kata lampau (telah), namun Alloh menyuruh manusia untuk tidak menyegerakan. Menurut struktur bahasa (versi manusia), pernyataan ini sangat aneh, karena bertolak belakang dengan makna kata lampau.

Lihat juga  Keistimewaan Al-Aqso dan Palestina

Sebenarnya, isyarat dari ayat ini adalah setiap sesuatu membutuhkan waktu untuk mencapai tatarannya. Misalnya rambatan suara, lemparan batu, perjalanan cahaya, dan lain sebagainya. Namun di atas itu ada sesuatu yang tidak memerlukan waktu, yaitu Alloh. Menurut Alloh tidak ada kondisi waktu dulu, sekarang dan masa akan datang. Jadi peristiwa Isra dan Mi’raj janganlah diukur dengan ukuran manusia, tapi pakailah dengan ukuran Alloh.

Selanjutnya ayat 8 surat an-Nahl,

وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.

Alloh itu terus menerus menciptakan ciptaan yang tidak diketahui manusia namun ada wujudnya. Misalnya kasus terbaru adalah flu babi, flu burung dan lain lain. Jadi proses peristiwa Isra Miraj mungkin merupakan sesuatu yang tidak diketahui oleh kasat mata manusia. Karena segala sesuatu terjadi sangatlah mudah bagi Alloh, seperti tercantum pada ayat QS An-Nahl 40,

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَىْءٍ إِذَآ أَرَدْنَٰهُ أَن نَّقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia”.

Begitu juga dalam surat an-Nahl lainnya ayat 49 berbunyi,

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri”.

Semua yang ada di langit dan bumi patuh kepada Alloh. Artinya air, api, udara dan lain sebagainya semua tunduk kepada kehendak Alloh. Jika alloh menginginkan api dingin maka jadilah ia dingin. Karena sesungguhnya hukum alam atau hukum sebab dan akibat yang diketahui manusia merupakan ikhtisar dari hukum statistik. Di atas itu semua ada yang berkehendak yakni Alloh SWT.

Dengan memahami surat an-Nahl ini, kita setidaknya memahami latar belakang dibalik peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa yang istimewa, tidak mengenal waktu sebagaimana waktu versi manusia, kita sedikit pengetahuan terhadapnya, dan merupakan kehendak Alloh untuk menjadikan sesuatu tunduk atas kehendaknya.

Lihat juga  Islam Menolak Segala Kedzaliman

Peristiwa Agung

Peristiwa Isra Mi’raj  dalam QS al-Isra ayat 1 didahului dengan kata subhanalloh. Kata ini diucapkan kalau terjadi sesuatu aneh, ajaib dan mengagungkan. Artinya Alloh memberikan isyarat bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj ini sesuau yang aneh, ajaib dan mengagungkan.

Selanjutnya ayat ini menyatakan kata asroo biaddihi lailam  أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا yang artinya ‘memperjalankan hambanya di malam hari’. Berdasarkan makna bahasa, yang berjalan bukanlah nabi tetapi nabi diperjalankan oleh Alloh. Seandainya ada seekor lalat dari indonesia terbang menuju amerika dan ia terbang sendiri tentunya memaka waktu yang sangat sangat lama (tidak masuk akal).

Namun kalau lalat itu naik pesawat jet, maka perjalanan akan sangat cepat dan logis. Jadi Alloh memperjalanan nabi ﷺ di waktu malam dalam peristiwa isra dan mi’raj sangatlah singkat walaupun berdasarkan ukuran manusia jaraknya sangat jauh.

Pendekatan Iman

Sangatlah jelas bagi kita, bahwa memahami peristiwa ini haruslah melalui pendekatan iman, seperti halnya Abu Bakar yang yakin sepenuhnya atas kebenaran peristiwa ini.

Pertanyaannya bagaimana agar iman kita bisa ditumbuhkan?, jawabannya berpangkal dari hati kita. Nabi ﷺ berkata agar hati tumbuh dengan keimanan laksanakanlah sholat dengan benar dan khusyu. Hati ibarat wadah, ia bisa menjadi gelas atau sumur tergantung kita membuatnya. Seandainya kita menginginkan hati seperti sumur maka galilah kotoran dan bebatuan, niscaya ia akan menjadi wadah air dan sumber mata air.

Jadi laksanakanlah sholat (hasil isra dan mir’aj) dengan khusyu, agar hati kita menjadi sumur.

 

++++++

Dikutip dari siaran Metro TV, 19 Juli 2009, narasumber: Quraish Shihab

  • Nasehat Islam

    Kumpulan catatan pengajian yang diikuti penulis. Semoga memberi manfaat bagi yang membaca, penulis dan para guru/ustadz yang menyampaikan ilmunya. Berharap masukan jika ada yang perlu diperbaiki. ++Admal Syayid++

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *