Saat ini, kepemimpinan merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Semua bermuara kepada sebuah harapan, agar mendapatkan seorang pemimpin yang mampu meningkatkan kebaikan, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Yang dampaknya tidak hanya dirasakan saat ini, namun juga di masa yang akan datang.
Upaya untuk mendapatkan pemimpin tersebut tidaklah mudah. Diperlukan pemahaman dan usaha yang solid dari semua masyarakat, khususnya umat muslim Indonesia tentang arti penting dan kriteria ideal sebagai referensi untuk memilih pemimpin tersebut.
Mengacu kepada pedoman al-Quran, marilah kita menggali beberapa ayat yang menjelaskan kriteria pemimpin yang khas dan unik, yang berbeda dengan konsep lain yang bersumber dari pemikiran selain al-Quran. Berikut ayat-ayatnya:
QS al-Anbiya 105
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ
“Dan sungguh, telah kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis di dalam Az-zikr (Lauh Mahfudz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambuKu yang sholeh”
QS al-Anbiya 73
وَجَعَلْنَٰهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِ ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَٰبِدِينَ
“Dan kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah”
QS al-Hajj 41
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ أَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُوا۟ بِٱلْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا۟ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”
Mengacu kepada tiga ayat di atas, kita bisa menggarisbawahi beberapa kriteria yang harus menjadi referensi dalam memilih seorang pemimpin. Kriteria itu adalah sebagai berikut:
#1. Mereka yang Menjadi Hamba Alloh yang Sholeh
Pemimpin yang kita pilih hendaklan orang yang memiliki karakter seorang hamba Allah SWT yang sholeh. Allah SWT secara khas menggunakan istilah abdi (hamba) dalam ayat di atas. Ia merujuk kepada seseorang yang orientasi hidupnya semata-mata untuk mendapatkan keridhoan ilahi. Jadi, seorang pemimpin bukanlah mereka yang haus (menghamba) terhadap kekuasaan, kedudukan, harta dan pujian manusia. Saat rosululloh ﷺ ditanya oleh malaikat Jibril, apakah engkau ingin menjadi seorang hamba atau raja? Rosulpun menjawab, aku ingin menjadi seorang hamba.
#2. Memberikan Petunjuk kepada Manusia sesuai Perintah Allah SWT
Seorang pemimpin yang diharapkan al-Quran, adalah mereka yang dengan potensinya mengambil petunjuk Tuhan dan mengaplikasikan syariat-Nya di muka bumi ini. Pemimpin ini bukanlah wakil Tuhan atau titisan dewa yang titahnya bersifat mutlak. Ia adalah manusia biasa yang bisa juga melakukan kesalahan. Saat Abu Bakar r.a diangkat sebagai khalifah, ia berkata, sekiranya aku dalam ketaatan, maka taatilah aku. Namun jika aku melanggar, maka luruskanlah aku.
#3. Menebar Kebaikan, Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Sejalan dengan kriteria di atas, seorang pemimpin haruslah mereka yang dengan kekuasaannya berorientasi menebar kebaikan, menyuruh masyarakat berbuat kebaikan, melarang segala bentuk kemaksiatan, kedholiman dan kemunkaran.
4#. Melaksanakan Sholat dan Menunaikan Zakat
Kriteria selanjutnya adalah mereka yang berkomitmen untuk menjalankan sholat dan menunaikan zakat baik secara individu maupun untuk masyarakatnya. Tentu kita bertanya, mengapa sholat dan zakat menjadi kriteria untuk memilih pemimpin dan apa hubungannya sholat dengan kinerja seorang pemimpin dan sebuah bangsa. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita gali lagi beberapa rahasia yang diterangkan lebih lanjut dalam al-Quran.
Taat Sholat, hakikatnya berada di Surga
Sungguh sholat memiliki kedudukan yang istimewa dalam ajaran islam. Perintah sholat diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad ﷺ dengan cara yang istimewa. Kalau perintah lain (misalnya zakat, puasa, dan haji) diturunkan di muka bumi, maka perintah sholat diturunkan di Sidratul Muntaha yang lokasinya berdekatan dengan surga.
Sebagaimana diterangkan dalam QS an-Najm 13-15.
وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَى
عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰ
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain (13)” “(yaitu) di Sidratul Muntaha (14)” “Di dekatnya ada surga tempat tinggal (15)”.
Berdasarkan keterangan ini, para ulama memberikan kesimpulan jika seseorang atau sekelompok orang menjaga kualitas dan waktu sholatnya, maka hakikatnya ia berada dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, keselamatan, dan kebaikan.
Sholat Sebagai Solusi Atas Problematika Kehidupan
Allah berfirman dalam QS al-Ma’arif 19-21
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوع
إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا
وَإِذَا مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا
إِلَّا ٱلْمُصَلِّينَ
“Sungguh manusia diciptakan bersikap suka mengeluh, Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat”.
Pada dasarnya manusia memiliki karakter berkeluh kesah, labil secara psikologis saat ditimpa masalah. Begitu pula dengan seorang pemimpin, ia akan menghadapi berbagai macam persoalan selama berkuasa. Namun, Allah SWT mengisyaratkan bahwa solusi untuk menghadapai problamatika hidup adalah dengan mendirikan sholat.
Begitulah Allah SWT menjelaskan melalui ayat-ayat-Nya beberapa kriteria pemimpin ideal sebagai rujukan untuk memilih pemimpin bangsa ini. Jika kita membaca sejarah, telah banyak peristiwa yang membuktikan, jika pemimpin yang dipilih sesuai kriteria di atas, maka insya Allah suatu bangsa atau kaum akan menggapai kemakmuran dan kesejahteraan. Salah satu yang bisa kita ambil pelajaran, adalah kisah Umar bin Abdul Aziz. Ia seorang hamba Allah SWT yang sholeh, menjalankan syariat ilahiah, amar maruf nahi munkar, dan berkomitmen menjalankan sholat dan zakat.
Suatu ketika, Umar bin Abdul Azis minum madu kesukaannya. Setelah minum, beliau bertanya pembantunya, dari manakah madu yang barusan dimakan? Pembantunya menjawab, madu tersebut di beli dari suatu daerah di Maroko yang diantar langsung oleh tukang pos. Seketika itu, ia memuntahkan madu yang sudah ada dalam perutnya, dan berkata, Demi Allah, madu ini haram dimakan karena dibeli dengan menggunakan kendaraan negara.
Anas bin Malik seorang sahabat nabi yang usianya sampai pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, ditanya tentang rahasia kesuksesan Umar bin Abdul Aziz, beliau menjawab, saya tidak pernah melihat pemuda seperti Umar bin Abdul Aziz yang sholatnya sama persis dengan rosululloh.
Begitulah cermin dari kesholehan pemimpin Umar bin Abdul Azis. Dalam kurun waktu yang relatif singkat (2.5 tahun), ia membawa perubahan kota medinah secara signifikan. Dari semula krisis politik dan ekonomi menjadi sebuah wilayah yang aman, makmur dan sejahtera.
Saking makmurnya, sulit didapatkan orang yang mau menerima zakat. Sehingga hasil zakat yang terkumpul di baitul mal, diberikan kepada pemuda-pemuda yang mau menikah, orang yang tidak mampu naik haji, bahkan dibelikan gandum untuk ditaburkan di padang pasir untuk dimakan oleh berbagai makhluk hidup.
Begitulah Allah SWT memberikan petunjuk bagi kita, secara tegas menggambarkan kriteria yang harus menjadi pedoman saat memilih pemimpin. Semoga kita berhasil memilih pemimpin bangsa ini agar mendapatkan keberkahan dan kemakmuran yang bisa dirasakan saat ini dan di masa mendatang. Amien..
++++++
Dikutip dari pengajian mesjid Darussalam Kota Wisata.